free page hit counter
Home » Menjadi Teladan Persatuan Umat di Bulan Suci Ramadhan

Menjadi Teladan Persatuan Umat di Bulan Suci Ramadhan

Menjadi Teladan Persatuan Umat di Bulan Suci Ramadhan

Blaik.org | Menjadi Teladan Persatuan Umat di Bulan Suci Ramadhan

Hiruk pikuk perpolitikan negeri dalam hajat besar Pilpres 2019 sempat mengkristalkan antar komponen masyarakat. Fanatisme yang berlebihan menimbulkan berbagai macam gesekan karena berbeda pilihan. Masyarakat terkristal menjadi kubu pendukung 01 dan 02, hingga jalannya negeri ini terasa panas dalam beberapa waktu terakhir.

Masyarakat mudah terpancing isu sepele, tak ayal gesekan-gesekan pun sering terjadi. Terutama di media sosial. Mereka yang tidak tahu menahu pun saling hujat hanya karena terpancing emosi. Tiap detik isu terus digulirkan di grup-grup Facebook hingga WhatsApp, beranda media sosial pun dipenuhi isu politik. Secara tidak sadar, pembahasan politik seakan menjadi kebutuhan primer mengalahkan kebutuhan utama.

Parahnya, isu yang digulirkan banyak menyinggung sisi agama. Sisi sensitif yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan karena klaim kebenaran yang disampaikan. Berbagai macam hoaks pun tak henti-hentinya muncul, mulai dari hoaks penganiayaan, tercoblosnya surat suara dalam truk kontainer, PKI dan lain-lain.

Isu-isu tersebut bermuara pada ujaran kebencian hingga masyarakat saling curiga. Umpatan-umpatan itulah yang memicu konflik di masyarakat, karena berbeda pilihan politik. Hal tersebut tentunya tidak sehat bagi keutuhan negeri ini, namun beberapa orang tidak bertanggungjawab tetap menyebarkan hal buruk tersebut. Masyarakat butuh edukasi politik, bukan dijadikan sebagai alat menggapai kekuasaan.

Masyarakat punya harapan setelah usainya hajat demokasi, suasana akan kembali normal dan sejuk kembali. Namun, panasnya suasana tetap dijaga oleh beberapa elit politik yang sengaja memainkan isu, menggiring opini untuk menjaga bara api perpolitikan. Masyarakat diombang-ambingkan dengan berbagai opini yang tidak masuk di akal, untuk membuat kegaduhan. Karena memiliki banyak massa, mereka opini apapun akan mendapatkan dukungan.

Itukah yang beberapa elit inginkan? Menyebarkan opini sesat melalui banyak massa hingga dianggap sebagai kebenaran?

Kita tidak membutuhkan elit seperti itu, kita butuh kehangatan dari para elit untuk menentramkan hati masyarakat. Masyarakat butuh statement adem, bukan malah memprovokasi hingga mengadu domba. Kebenaran seakan hanya milik mereka belaka, siapa pun yang berbeda pendapat mereka abaikan dengan alasan demokrasi bebas berpendapat.

Bulan suci Ramadhan ini adalah momentumnya. Pendapat-pendapat adem penuh berkah harus selalu digelorakan, untuk menciptakan suasana damai usai Pilpres. Masyarakat yang sebagian besar umat Islam, akan mudah mencerna dengan hati bersih, karena setan-setan telah dikurung dan kebaikan pintu-pintu Surga telah dibuka.

Bulan suci ini sebagai gerbang untuk membentuk diri menjadi lebih baik. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, berbagai macam pahala akan dilipatgandakan. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk menebar kebaikan, terutama bagi para elit politik yang telah memanaskan suasana.

Lupakan segala hiruk pikuk panasnya Pilpres, menjadikannya sebagai pembelajaran akan indahnya berdemokrasi adalah sebuah kewajiban. Hal tersebut demin negeri tercinta ini Indonesia, agar terus menuju arah yang lebih baik.

Sekarang saatnya kita menyambut bulan suci dengan penuh kedamaian. Saatnya satukan umat untuk menghidarkannya dari dengki, hasutan kebencian, hoaks yang memecah belah. Jangan sampai keburukan-keburukan itu akan mengurangi nilai ibadah puasa kita. Karena puasa amalannya langsung kepada Allah SWT, sesuai dengan hadis yang tertera dalam kitab ash-Shahiihain dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhhu:

“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku. Akulah yang akan mengganjarnya…”

Puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dahaga. Di era milenial yang penuh dengan kemudahan informasi ini. Kita juga perlu menahan nafsu amarah, saat dihadapkan dengan hasutan-hasutan oleh orang yang tidak menginginkan negeri ini tentram dan damai. Sebagai umat muslim, harus memanfaatkannya semaksimal mungkin. Sesuai dengan sabda Rasulullah dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan dalam kitab ash-Shahiihain:

“Puasa itu adalah perisai, jika suatu hari salah seorang di antara kalian dalam keadaan berpuasa, maka hendaknya dia tidak berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika seseorang mencela dan mencacinya, hendaknya ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”

Kedamaian akan tetap terjaga di negeri ini. Namun, beberapa elit politik di negeri ini mungkin akan tetap membut suasana negeri ini terjaga panasnya. Hiraukan saja mereka, masih banyak elit negeri yang akan tetap menjaga kehangatan negeri dengan berbagai macam perbedaan di dalamnya. Jangan biarkan nilai ibadahmu terbuang sia-sia, hanya karena menurti hawa nafsu.

Kita tidak butuh elit yang haus akan kekuasaan, masyarakat hanya butuh elit yang bisa menjadi tauladan baik bagi negeri. Jangan biarkan saudara-saudara kita terpecah belah, tetap jaga indahnya kedamaian negeri ini. Mulailah berangkulan, lupakan panasnya Pilpres untuk menjaga kehangatan dan bersama-sama membawa negeri ini menuju ke arah yang lebih baik.(RIF)

Leave a Reply

Your email address will not be published.