free page hit counter
Home » Hijrah dan Jihad, Dua Perintah Allah yang Kerap Disalahpahami

Hijrah dan Jihad, Dua Perintah Allah yang Kerap Disalahpahami

Hijrah dan Jihad, Dua Perintah Allah yang Kerap Disalahpahami

Dewasa ini kita sering mendengar seruan dari suatu kelompok Islam untuk berhijrah dan berjihad. Seringkali seruan itu disampaikan menggunakan narasi atau argumentasi yang keras, kasar, dan cenderung menghakimi. Di media sosial, ajakan itu sangat massif beredar. Bahkan ada beberapa halaman dan grup di medsos yang secara spesifik membahas dua seruan tersebut. Dalam tulisan ini, kita akan membahas apa dan bagaimana sih perintah hijrah dan jihad yang sebenarnya? Apakah dua perintah tersebut telah dijalankan dengan benar, ataukah justru massif diselewengkan?

1. Hijrah

Pertama-tama, kita akan membahas definisi hijrah dalam Al-Qur’an. Ada beberapa ayat yang secara spesifik menyebut kata ‘hijrah’, diantaranya terdapat dalam Q.S Al-Baqarah: 218,  Q.S Ali Imran: 195,  Q.S An-Nisa 89-90, serta Q.S AL-Anfal: 72. Diantara keseluruhan ayat yang meyebut kata ‘hijrah’, bunyi Q.S Al-Baqarah lah yang kerap menjadi dalil yang disertakan dalam argumentasi dan narasi kelompok ekstrimis-radikalis.

Hijrah sendiri mengandung dua pengertian, yakni pengertian secara historis dan secara metafora. Secara historis, kata hijrah digunakan sebagai pengistilahan atas berpindahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 H, yakni pada tahun ke-13 kenabian. Sedangkan secara metafora, istilah hijrah sendiri digunakan untuk memaknai perpindahan sifat dan sikap manusia menjadi lebih baik dan lebih ‘Islami’.

Dalam realita sosial, istilah hijrah dalam makna yang kedua (metafora), kerap disalahpahami dan disalahgunakan oleh banyak orang untuk kemudian merasa dirinya paling suci, merasa berhak mengolok bahkan menghakimi orang lain yang dipandangnya belum berhijrah.

Dalam konteks ini juga, golongan ekstrimis kanan seperti ISIS menggunakan terminologi hijrah untuk mengajak kaum muslimin berangkat perang ke Irak dan Suriah demi menegakkan suatu Daulah Islamiyah atau Negara Islam. Hijrah dalam perspektif ISIS adalah pergi dan berbaiat ke Daulah Islamiyah, meninggalkan negara asalnya yang kafir karena tak mau berbaiat kepada kekhalifahan, serta memerangi para ‘Budak Taghut’, yakni para kaum muslimin yang berhukum dengan hukum buatan manusia.

Saat ini, trend hijrah seakan menjadi idaman di tengah realitas masyarakat Indonesia yang sebagian besar kerap menampakan sisi religiusitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengeklaim bahwa ciri-ciri orang sudah berhijrah (utamanya perempuan) adalah menjaga pandangan dan menjaga aurat. Akan tetapi mereka lupa bahwa menjaga ucapan dan hati adalah sama pentingnya. Saya kerap melihat tingkah para muda-mudi yang mengeklaim dirinya telah berhijrah itu –baik di dunia nyata maupun di medsos- berlagak sangat angkuh dan mudah menghakimi orang lain yang berseberangan pendapat. Sesungguhnya orang-orang yang demikian, hanya hijrah luarnya saja, namun hatinya belum bertaubat dan berhijrah kepada Allah SWT.

2. Jihad

Sejarah membuktikan bahwa Islam banyak berbicara tentang ekspansi-ekspansi peperangan, namun banyak juga sejarah Islam yang berbicara tentang perdamaian. Misalnya perjanjian Hudaybiyah, Piagam Madinah, dan masih banyak lagi. Realitas sejarah terkait jihad inilah yang kemudian memunculkan beragam kelompok Islam yang berkeyakinan bahwa Islam selamanya adalah agama perang.

Makna jihad sendiri dalam Islam sebenarnya sangat universal, jika kita gali secara bahasa jihad artinya sungguh-sungguh. Berarti, segala apapun yang dilakukan umat Muslim dalam rangka mencari Ridho Allah SWT, apabila diniatkan sebagai ibadah dan dilakukan dengan sungguh-sungguh, InsyaAllah dikategorikan sebagai bentuk Jihad. Sayangnya, makna jihad ini telah dimanipulasi sedemikian mengerikan oleh kelompok ekstrimis-radikalis. Bagi mereka, jihad adalah memerangi kaum kafir, aparat (yang dianggap) toghut, dan negara yang menerapkan sistem kufur buatan manusia.

Adapun dalam Islam, perintah jihad hanya diwajibkan tatkala umat Islam benar-benar dalam keadaan tertindas, terpuruk, dan teraniaya. Jihad pun pastilah ada tuntunan serta tuntutannya. Tuntunannya tak lain dilarang membunuh perempuan yang mengandung, dilarang membunuh anak kecil, dilarang menyiksa tawanan, dan dilarang merusak fasilitas umum.

Dalam Al-Qur’an, jihad disebutkan hampir selalu bersamaan dengan kata hijrah. Sebagaimana bunyi Q.S Al-Baqarah ayat 218:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

*******

Barangkali di medsos kita sering membaca kedua seruan tersebut. Medsos memang menjadi sarana yang massif dan efektif dalam menyebarkan berbagai narasi, doktrin, hingga ideologi apapun. Tentu saja ini membahayakan mereka yang baru belajar agama, ataupun bagi mereka yang masih sangat awam tentang ilmu agama. Sasaran daripada dua narasi besar ini memang mengarah kepada orang-orang awam. Karena jika sudah terbrainwash, mereka cenderung lebih militan dibandingkan dengan orang-orang yang sudah memiliki dasar ilmu pengetahuan, terutama keagamaan.

Hijrah dan jihad adalah dua perintah Allah SWT kepada umat Muslim. Jika kita pahami secara seksama dan secara kontekstual, kita akan menemukan beragam makna besar dan sangat universal didalamnya. Namun ketika kita hanya mempelajari keduanya secara tekstual, tentu saja kita akan sangat mudah terseret dalam jurang ketersesatan karena biasanya diarahkan kepada makna-makna yang cenderung bersifat arogan.

Intinya bahwa pada dasarnya perintah hijrah dan jihad itu baik. Namun tentu saja kita kembalikan kepada siapa penafsiran tentang dua perintah itu disandarkan. Jika kepada ulama-ulama moderat, tentu kita akan diarahkan kepada pemaknaan yang sangat universal. Sebaliknya, jika kita kembalikan kepada ulama atau orang-orang ekstrimis-radikalis, akan berubah pula pemaknaannya menjadi lebih –atau bahkan sangat- sempit.  Sejatinya bahwa perintah hijrah dan jihad itu menekankan agar manusia mampu menjadi umat Tuhan yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published.