Jawa Tengah – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta warga Jateng tidak panik dengan peningkatan status aktivitas Gunung Merapi. Hal itu diungkapkannya Pasca Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengumumkan kenaikan status aktivitas Gunung Merapi menjadi level III atau Siaga, Kamis (5/11) lalu.
Ganjar mengimbau, warga Jateng tidak panik dan tetap waspada guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. “Warga tidak usah panik, tapi tetap waspada. Saya kira masyarakat terdekat pasti sudah sangat paham soal ini, hanya kita tinggal bersama-sama saling mengingatkan dan saling memantau. Siapkan alat transportasi dan barang berharga agar bisa dibawa ke tempat pengungsian jika terjadi erupsi,” kata Ganjar sebagaimana dikutip dari portal Suara Jawa Tengah.
Lanjut dia, BPBD beserta tim kebencanaan lain selalu memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi supaya dapat memberikan informasi sedini mungkin pada masyarakat. Selain itu, Ganjar meminta agar tersedia tempat-tenpat pengungsian yang baik dan sesuai protokol kesehatan.
“Saya minta tempat-tempat pengungsian sudah tersedia dengan baik dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebab, saat ini masih pandemi, jadi tempat pengungsian harus menerapkan jaga jarak,” tegas Ganjar.
Sebelumnya, pihak BPPTKG dalam edaran resminya menyebut bahwa dalam kurun waktu seminggu ini, Gunung Merapi mengalami 193 kali gempa vulkanik Dangkal (VTB), 1.663 kali gempa Fase Banyak (MP), 9 kali gempa Low Frekuensi (LF), 391 kali gempa Gugura (RF), 330 kali gempa Hembusan (DG) dan 9 kali gempa Tektonik (TT). Namun, meskipun dalam seminggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi, tidak dilaporkan adanya banjir lahar maupun penambahan aliran sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
BPPTKG memperkiraan, ada beberapa daerah yang berstatus bahaya di Jateng dan harus segera diungsikan. Daerah tersebut diantaranya Kabupaten Magelang meliputi Kecamatan Dukun di tiga desa yakni Ngargomulyo, Krinjing, dan Paten. Boyolali yakni kecamatan Selo di tiga Desa meliputi Tlogolele, Klakah, dan Jrakah. Sedangkan di Kecamatan Kemalang, Klaten meliputi Desa Tegal Mulyo, Sidorejo, dan Balerante.
Pihaknya mengimbau kepada Pemerintah kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu terkait upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Kesiapan Hadapi Erupsi
Sebagaimana dikutip dari berita Jawa Pos, untuk warga Boyolali, lokasi pengungsian telah dinyatakan dalam kondisi siap. Lokasi pengungsian warga Desa Tlogolele ditetapkan berada di Kecamatan Mertoyudan, Magelang sebagai sister village atau desa bersaudara. Kemudian bagi warga Desa Klakah, Kecamatan Selo tujuan mengungsi ke Desa Nggantang, Kecamatan Sawangan, Magelang. Sedangkan untuk tempat pengungsian warga Desa Jrakah berlokasi di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota.
“Pemkab Boyolali sudah koordinasi dengan pemerintah di desa yang bakal menjadi tempat pengungsian tersebut,” ujar Sekda Boyolali Masruri, Kamis (5/11).
Pihaknya telah menyiapkan satu unit truk ke Desa Klakah, Kecamatan Selo. Kendaraan itu disiapkan guna membantu transportasi warga ke pengungsian saat terjadi erupsi Merapi. Sedangkan Desa Tlogolele dan Jrakah, bakal memanfaatkan kendaraan milik warga setempat.
Di lain daerah, sebagaimana berita Antara mengabarkan, ada sedikitnya 500 warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai mengungsi pada Jumat (6/11/2020). Prioritas utama pengungsian adalah kelompok rentan seperti ibu hamil dan menyusui, lanjut usia, anak-anak, difabel, serta warga yang sakit. Lokasi pengungsian terbagi di dua kawasan yakni dusun Deyangan dan Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Magelang Nanda Cahyadi Pribadi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan 21 camat di Kabupaten Magelang supaya mendata potensi tempat yang layak dijadikan area pengungsian. ”Kami harus menyiapkan lokasi-lokasi pengungsian baru. Karena pandemi, lokasi pengungsian yang ada tidak bisa difungsikan secara optimal,” ujarnya pada Antara.
Sementara dalam kunjungannya, Bupati Magelang Zaenal Arifin mengungkapkan, pihaknya memastikan semua pengungsi terlayani secara baik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti pelaksanaan Rapid Test, pengecekan kesehatan secara rutin dan penggunaan sekat-sekat pembatas ruangan untuk masing-masing keluarga di tempat pengungsian.
“Semua pengungsi, dalam situasi pandemi, semuanya masuk di tempat pengungsian sesuai protokol Covid-19. Salah satunya kita melakukan Rapid Test terhadap pengungsi-pengungsi yang memasuki tempat pengungsian,” tuturnya.
Lebih lanjut, pihaknya mengungkapkan, apabila ada pengungsi yang ditemukan hasil Rapid Test-nya berstatus reaktif, maka pengungsi akan langsung dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. “Rapid Test ini dilaksanakan untuk mencegah penularan Covid-19 di pengungsian,” tegas Zaenal.
Leave a Reply