free page hit counter
Home » Ada Sunda di Jawa Tengah. Bagaimana Bisa?

Ada Sunda di Jawa Tengah. Bagaimana Bisa?

Ada Sunda di Jawa Tengah. Bagaimana Bisa?

Bicara Provinsi Jawa Tengah, pasti tidak akan lepas dari asal Suku Jawa. Tentu tidak hanya Jawa Tengah sendiri asal suku Jawa, tapi juga DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Suku Jawa juga menjadi suku terbesar di provinsi ini.

Tapi ternyata, penduduk asli Jawa Tengah bukan hanya berasal Suku Jawa. Terselip juga Suku Sunda di daerah-daerah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat sendiri tidak bisa lepas dari suku Sunda.

Di Kabupaten Cilacap misalnya, ada sebuah kecamatan bernama Dayeuhluhur. Nama yang kelihatan banget sundanya. Kecamatan yang berbatasan  langsung dengan Banjar, Jawa Barat ini, mayoritas penduduknya merupakan Suku Sunda. Mereka bahkan lebih sering belanja atau berdagang di Banjar daripada di Cilacap.

Tidak hanya di Dayeuhluhur, suku Sunda di Cilacap juga tersebar di beberapa kecamatan lain. Khususnya di sisi barat kabupaten Cilacap seperti Wanareja, Sidareja, Cimanggu, Majenang. Di beberapa tempat, suku Sunda hidup berdampingan dengan suku Jawa, dan bahkan di antara mereka ada yang bisa saling mengerti ketika yang 1 berbahasa Jawa (dialek Banyumas) dan 1 berbahasa Sunda.

Nama-nama tempat yang terasa Sundanya juga tersebar di daerah lain seperti Cimanggu, Cipari, Cibeunying (Majenang) dan Cidadap (Karangpucung). Bahkan nama Kabupaten “Cilacap” sendiri secara tersirat ada pengaruh Sundanya. Walaupun penduduk kota Cilacap dan sekitarnya saat ini adalah suku Jawa yang berbahasa dialek Banyumas.

Sama dengan Cilacap, di Brebes kecamatan Salem dan Banjarharjo juga dihuni penduduk yang mayoritas suku Sunda. Kedua kecamatan ini juga berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Selain di dua kecamatan ini, suku Sunda juga hidup di beberapa kecamatan lain seperti Bantarkawung, Ketanggungan, Bumiayu. Mereka hidup berdampingan dengan suku Jawa yang berdialek Brebes atau Tegal.

Selain Cilacap dan Brebes, dahulu juga tercatat bahasa Sunda dituturkan di beberapa daerah di Banyumas. Salah staunya di Desa Dermaji, Kec. Lumbir. Tapi saat ini penduduknya telah beralih ke bahasa dan budaya Jawa.

Bagaimana Bisa?

Jejak suku Sunda di Jawa Tengah sebenarnya lebih luas dari Brebes dan Cilacap. Jika mengacu pada sejarah, yaitu pada saat Kerajaan Galuh (salah satu kerajaan dari suku Sunda). Kerajaan yang dulu berbasis di Ciamis dan Tasikmalaya ini menguasai wilayah yang saat ini masuk Jawa Tengah bagian barat. Mulai dari Brebes, Cilacap, Banyumas, hingga ke Pegunungan Dieng. Salah satu teori menyebut bahwa nama “Dieng” berasal dari bahasa Sunda “Di hyang”, sementara teori lain menyebut bahwa kata ini berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno).

Nama-nama tempat bernuansa Sunda, terutama yang berawalan “Ci” (dari bahasa Sunda “cai”, artinya “air”), di Jawa Tengah bagian barat juga merupakan jejak peninggalan Sunda di masa lampau. Di Pemalang misalnya ada desa Cibiyuk (Ampelgading), Cikadu (Watukumpul). Di Purbalingga ada desa Cipaku (Mrebet) dan Cipawon (Bukateja). Di Banyumas lebih banyak lagi, ada Kec. Cilongok, ada desa Ciberung (Ajibarang), Cihonje (Gumelar), Cikakak (Wangon), Ciberem (Sumbang), dll.

Selain itu di Kab. Pekalongan juga ada desa bernama Bojongkoneng, Kec. Kandangserang. Setau saya ini nama yang “Sunda pisan” juga, karena dalam bahasa Jawa tidak ada kata “koneng” untuk menyebut “kuning”.

Sementara desa tempat kelahiran Jenderal Sudirman adalah Bodas Karangjati, Kec. Rembang, Kab. Purbalingga. Kata “bodas” tidak ditemukan dalam bahasa Jawa, tetapi dalam bahasa Sunda artinya jelas: “putih”. Tapi asal-usul nama desa ini masih harus ditelusuri.

Leave a Reply

Your email address will not be published.