Surabaya kemarin berduka. Empat serangan bom oleh kelompok teroris terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu. Tiga gereja, dan markas polisi resor kota Surabaya menjadi target serangan. Total ada 14 korban termasuk pelaku bom bunuh diri ini. Termasuk anak-anak yang belum mahfum dengan dilema kehidupan. Walikota Surabaya, Tri Risma Maharani sampai menangis karena aksi ini. Tentu warga Surabaya merasa berduka.
Sebelum saya melanjutkan perjalanan ke Bali, saya mencoba mampir sebentar di Surabaya. Melihat Google Maps, kutemukan Tugu Pahlawan. Sebuah taman di tengah kota Surabaya untuk mengenang jasa para pahlawan saat pertempuran Surabaya. Taman ini tidak begitu jauh dari Stasiun Pasar Turi. Sekitar 10 menit jika jalan kaki.
Sebelum sampai ke taman itu, kita bisa merasakan riuh macetnya kota Surabaya. Terutama di daerah Pasar Turi yang menjadi pusat perdagangan di Surabaya. Hal ini nampak saat lampu lalu lintas tak mampu mengendalikan lalu lalang kendaraan. Menyeberangi zebra cross terasa sulit walau lampu sudah mengharuskan kita jalan.
Setelah melewati beberapa jalan dan penyeberangan, sampailah kami di taman tugu pahlawan. Tak kami sangka, tidak ada biaya apapun untuk masuk ke taman ini. Sambutan dari relief dari tembaga menceritakan sejarah penjajahan di kota Surabaya. Tak hanya relief, patung besar Soekarno-Hatta juga menyambut. Bak kudengar lirih sambutan mereka berkata “Masa depan bangsa ini ada didepanmu, anak muda. Bangunlah bangsa ini”.
Memasuki taman, berbagai patung pahlawan nasional seperti Jenderal Soedirman, hingga Bung Tomo. Selain itu, dipajang juga kendaraan perang sisa perang Surabaya saat melawan sekutu seperti meriam, senjata anti pesawat. Di tengah taman, terdapat lapangan yang sering digunakan untuk melakukan upacara. Di dalam taman, terdapat pula museum yang berisi peralatan perang kecil seperti senjata api, dan pakaian. Terdapat pula infografis sejarah surabaya saat penjajahan belanda.
Semangat Berani Melawan
Surabaya baru saja terkena bencana. Serangan bom terjadi di beberapa titik di kota pahlawan ini. Mulai dari serangan di tiga gereja, hingga di Mapolres Surabaya menjadi titik serangan teroris. Tidak hanya warga surabaya, seluruh rakyat Indonesia berduka karena peristiwa ini.
Namun apa yang saya lihat saat berkunjung ke Surabaya sungguh luar biasa. Warga Surabaya tidak begitu memikirkan bencana itu lagi. Mereka masih tetap beraktifitas seperti biasa. Tanpa rasa takut yang saya lihat. Jalanan padat merayap khas Surabaya menjadi bukti bahwa mereka masih memiliki mental yang kuat untuk melawan serangan bom itu.
Kota pahlawan saya rasa bukan julukan yang main-main. Pahlawan memang memiliki stereotip yang mampu membantu satu sama lain dan kuat dalam menghadapi aksi teror ini. Jadi agak tak berlebihan bila saya sebut seluruh masyarakat surabaya adalah pahlawan itu sendiri. Lha wong diserang Sekutu aja mereka berani melawan, apalagi kok cuma teroris.
Oleh FP, tukang sapu-sapu website ini
Leave a Reply