Pandemi Covid-19 atau Virus Corona semakin hari semakin meningkat termasuk di Indonesia. Per 18 Mei 2020, sebanyak 18.010 orang dikonfirmasi positif Virus Corona. Diantara itu, 4.324 orang dinyatakan sembuh dan 1.191 orang dinyatakan meninggal dunia. Usaha dalam mencegah penyebaran pun terus digalakkan pemerintah, salah satunya adalah membatasi pergerakan manusia.
Namun sayangnya, pandemi kali ini berbarengan dengan hari besar bagi umat islam yakni Idul Fitri. Yang mana, salah satu budaya telah mengakar kuat adalah mudik atau pulang kampung, atau apapun namanya itu. Mudik artinya ada pergerakan sekumpulan manusia dari kota ke desa, atau sebaliknya. Pokoknya ada pergerakan. Pergerakan berarti penyebaran Virus Corona akan semakin luas.
Tentu saja, sebagai umat islam yang baik, merawat silaturahmi itu tetap menjadi hal penting. Maka dari itu, Presiden Joko Widodo dalam video yang ia rilis di media sosialnya kemudian menganjurkan agar kita Mudik Digital. Ya, meskipun kita mungkin telah melakukannya mungkin setiap hari. Entah dengan Whatsapp, Zoom, atau aplikasi sejenis.
Mudik Digital tentu tidak sesempurna ketika kita bersilaturahmi langsung. Namun, saya coba ajak kita semua melihat beberapa sisi positif dari ajakan ini :
Lebih Murah
Terlepas dari tidak meratanya kualitas internet negara kita, jelas mudik digital bila dihitung jauh lebih murah dari mudik biasa. Kita tidak perlu repot sewa mobil atau mengeluarkan uang untuk beli bensin. Selain itu, kita juga tidak perlu menyiapkan terlalu banyak jajanan lebaran, yang penting cukup untuk dimakan sendiri selama dua minggu. Walaupun saya yakin tagihan maupu penggunaan kuota kita nanti akan membengkak beberapa kali lipat.
Lebih Fleksibel
Setelah melakukan Video Call atau teleponan dengan yang tersayang, kita bisa melanjutkan hal lain. Membaca buku, melanjutkan drama korea yang tertunda, menyelesaikan rewatch anime One Piece dari episode 1, atau apapun. Hal yang pastinya tidak bisa kita lakukan saat mudik biasa. Kebebasan ini akan memberi sedikit sensasi yang berbeda dari lebaran biasanya.
Menghindari Pertanyaan Sakti
“Kapan Menikah?”, “Kapan Wisuda?”, “Kapan Punya Anak?” atau pertanyaan sejenis saya pastikan akan selalu muncul. Apalagi saat silaturahmi dengan keluarga besar. Tentu saja dengan mudik digital ini, intensitas pertanyaan sakti ini tidak akan sebanyak mudik biasa. Sehingga kita bisa menikmati hidup kita dengan damai dan santai. Ya walaupun itu tidak mengubah fakta kalau anda jomblo, atau anda masih jadi mahasiswa akhri membiarkan skripsi anda.
Mencegah Penyebaran Virus
Ini yang paling penting. Dengan mudik digital ini, kita dapat turut serta dalam mencegah penyebaran virus. Apalagi virus ini tetap menempel walau di tubuh kita yang sehat. Bukankah, mencegah keburukan menimpa seseorang berarti kebaikan? Atau mungkin malah itu Jihad sesungguhnya daripada yang kelompok yang suka meledakkan bom itu?
Selain itu, anda juga tidak perlu repot-repot karantina mandiri selama dua minggu. Saat karantina mandiri, tentu anda tidak dapat bertemu atau bahkan menyentuh siapapun. Kalaupun ngotot ingin bertemu, maka anda harus mematuhi Pyhsical Distancing atau jaga jarak itu. Bukannya sama saja hal ini dengan kita video call? Dan tentu saja mematuhi protocol agar mencegah penyebaran itu lebih ribet.
Mudik digital memang bukan sesuatu yang kita inginkan. Atau mungkin seluruh umat islam secara umum. Pun kita tetap bisa mudik seperti biasa dengan adanya pelonggaran kebijakan PSBB ataupun persiapan ‘New Normal’ di beberapa kota. Kembali lagi ke kita semua, apakah kita ingin mencegah keburukan menimpa orang yang kita sayangi? Mohon maaf semuanya, saat ini kita mudik digital dulu ya. Begitu.
Leave a Reply