#TERSERAHINDONESIA menggambarkan betapa tengah carut marutnya kondisi masyarakat di negeri ini yang secara mental hingga fisik belum siap untuk menghadapi pandemi Corona Virus Diseas (COVID-19). Banyak sekali himbauan, larangan maupun kebijakan yang tidak disambut baik. Tidak sedikit orang yang berspekulasi bahwa keadaan ini merupakan azab, teori konspirasi bahkan rekayasa pemerintah semata. Hal tersebut diperkeruh, dengan pemerintah yang masih tarik ulur dalam mengambil kebijakan penanganan seolah-olah kebingungan untuk mengambil standing position yang tepat, teramat disayangkannya. Akibatya, banyak sekali pelanggaran yang dilakukan masyarakat, mulai dari pelanggaran ringan seperti tidak menggunakan masker atau cuci tangan ketika berada diluar rumah, berkumpul dengan banyak orang, melakukan kontak langsung dengan orang lain tanpa social distancing (protokol ketikan diluar rumah). Selain itu, mereka juga ennggan memperhatikan protokol masuk rumah seperti cuci tangan dahulu, membersihkan diri, tidak bersentuhan dengan anggota keluarga lain hingga membersihkan barang bawaan dari luar rumah.
Sobat Damai, sebagai masyarakat yang paham akan literasi masihkah kita tidak memperhatikan hal tersebut? Sebagai warga negara yang baik semestinya kita menaati peraturan yang ada dengan menyayangi dan melindungi orang-orang tercinta di sekitar kita. Sudah banyak korban yang berjatuhan akibat COVID-19 di Indonesia bahkan di 212 negara lainnya. Dilansir dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hingga 20 Mei 2020 pukul 18.31 WIB mencatat berdasarkan hasil uji laboratorium bertambah 693 orang sehingga 19.189 terkonfirmasi positif, 13.372 kasus aktif (PDP), 1.242 orang meninggal dan 4.575 sembuh. Secara global sudah ada sekitar 4,8 juta orang yang posistif virus corona dan sekitar 316.860 jiwa diantaranya telah meninggal dunia. Korban jiwa tersebut berasal dari warga sipil hingga petugas medis dan keamanna yang berda di garda terdepan penanganan COVID 19.
Akankah masih tetap acuh?
Jika keegoisan itu masih saja terjadi bukan tidak mungkin bahwa orang disekitar Anda bisa menjadi bagian penyumbang angka-angka di atas. Sekarang, bukan saatnya berbicara “Hidup dan mati berada di tangan Tuhan”. Semua yang terjadi memang merupakan kehendak Tuhan yang semestinya dapat kita gunakan sebagai refleksi maupun pembelajaran. Sudah berapa hal kebajikan yang kita lakukan? Atau seberapa sering kita mensyukuri nikmat Tuhan. Virus corona merupakan penyakit yang berhubungan dengan dunia ilmiah, dan semua hal yang berhubungan dengan saintifik maka akan dapat diselesaikan dengan sains pula.
Oleh karena itu, jangan panik, mari bangkit dan rengkuh optimisme.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini adalah pemimpin, hal terkecil adalah memimpin dirinya sendiri. Menghadapi situasi demikian merupakan sebagian tantangan dalam hidup ini, mampukah kita menguasai dan mengenal baik diri sendiri atau justru sebaliknya. Tidak perlu cemas dan ketakutan yang berlebihan hingga menghilangkan rasionalitas dalam berpikir dan mengambil keputusan. Masih ada banyak hal maupun kesempatan yang dapat kita lakukan, barangkali ada resolusi mimpi yang sempat terlewatkan. Banyak sekali optimisme yang dapat kita susun untuk merancang impian di masa depan atau bahkan menjadikan momen ini sebagai ladang berbagi kebaikan. Mari kita bangunkan itu semua, jangan putus asa. Masih ada matahari esok yang akan menyambut kita, kita pasti bisa melawan dan melewati kondisi terburuk dari negeri ini. Kondisi “pageblug” seperti ini sudah pernah terjadi, namun faktanya semua akan terlewati dan melanjutkan kehidupan lagi asalkan kita mau menaati setiap regulasi yang telah dianjurkan.
Semua anjuran pemerintah bertujuan untuk kebaikan rakyat dan rakyat sendirilah yang dapat menentukan keselamatannya masing-masing. Optimisme akan hari esok merupakan kobaran semangat yang harus kita gelorakan agar kesehatan mental kita tetap terjaga. Tetap tenang, tetap beraktifitas, perhatikan protokol keselamatan karena MASA DEPAN MASIH MENANTI KAMU.
Mari bangkit di momentum kebangkitan ini, jika Bung Tomo dan pahlwan lainnya saja bertaruh nyawa langsung untuk membela negara agar kita bisa menikmati indah merdeka. Mengapa kita yang dapat melindungi diri sendiri dengan tetap memperhatikan protokol diri psimis melakukannya? Ayo Maju Aku dan Kamu Pasti Mampu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2020, Mari Bangkit Kibarkan Semangat Untuk Selalu Maju dan Berprestasi. Meninggalkan Perpecahan Demi Terciptanya Kerukunan. Membuka Lentera untuk Peradaban Cakrawala Kita.#TERSERAHINDONESIA menggambarkan betapa tengah carut marutnya kondisi masyarakat di negeri ini yang secara mental hingga fisik belum siap untuk menghadapi pandemi Corona Virus Diseas (COVID-19). Banyak sekali himbauan, larangan maupun kebijakan yang tidak disambut baik. Tidak sedikit orang yang berspekulasi bahwa keadaan ini merupakan azab, teori konspirasi bahkan rekayasa pemerintah semata. Hal tersebut diperkeruh, dengan pemerintah yang masih tarik ulur dalam mengambil kebijakan penanganan seolah-olah kebingungan untuk mengambil standing position yang tepat, teramat disayangkannya. Akibatya, banyak sekali pelanggaran yang dilakukan masyarakat, mulai dari pelanggaran ringan seperti tidak menggunakan masker atau cuci tangan ketika berada diluar rumah, berkumpul dengan banyak orang, melakukan kontak langsung dengan orang lain tanpa social distancing (protokol ketikan diluar rumah). Selain itu, mereka juga ennggan memperhatikan protokol masuk rumah seperti cuci tangan dahulu, membersihkan diri, tidak bersentuhan dengan anggota keluarga lain hingga membersihkan barang bawaan dari luar rumah.
Sobat Damai, sebagai masyarakat yang paham akan literasi masihkah kita tidak memperhatikan hal tersebut? Sebagai warga negara yang baik semestinya kita menaati peraturan yang ada dengan menyayangi dan melindungi orang-orang tercinta di sekitar kita. Sudah banyak korban yang berjatuhan akibat COVID-19 di Indonesia bahkan di 212 negara lainnya. Dilansir dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hingga 20 Mei 2020 pukul 18.31 WIB mencatat berdasarkan hasil uji laboratorium bertambah 693 orang sehingga 19.189 terkonfirmasi positif, 13.372 kasus aktif (PDP), 1.242 orang meninggal dan 4.575 sembuh. Secara global sudah ada sekitar 4,8 juta orang yang posistif virus corona dan sekitar 316.860 jiwa diantaranya telah meninggal dunia. Korban jiwa tersebut berasal dari warga sipil hingga petugas medis dan keamanna yang berda di garda terdepan penanganan COVID 19.
Akankah masih tetap acuh?
Jika keegoisan itu masih saja terjadi bukan tidak mungkin bahwa orang disekitar Anda bisa menjadi bagian penyumbang angka-angka di atas. Sekarang, bukan saatnya berbicara “Hidup dan mati berada di tangan Tuhan”. Semua yang terjadi memang merupakan kehendak Tuhan yang semestinya dapat kita gunakan sebagai refleksi maupun pembelajaran. Sudah berapa hal kebajikan yang kita lakukan? Atau seberapa sering kita mensyukuri nikmat Tuhan. Virus corona merupakan penyakit yang berhubungan dengan dunia ilmiah, dan semua hal yang berhubungan dengan saintifik maka akan dapat diselesaikan dengan sains pula.
Oleh karena itu, jangan panik, mari bangkit dan rengkuh optimisme.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini adalah pemimpin, hal terkecil adalah memimpin dirinya sendiri. Menghadapi situasi demikian merupakan sebagian tantangan dalam hidup ini, mampukah kita menguasai dan mengenal baik diri sendiri atau justru sebaliknya. Tidak perlu cemas dan ketakutan yang berlebihan hingga menghilangkan rasionalitas dalam berpikir dan mengambil keputusan. Masih ada banyak hal maupun kesempatan yang dapat kita lakukan, barangkali ada resolusi mimpi yang sempat terlewatkan. Banyak sekali optimisme yang dapat kita susun untuk merancang impian di masa depan atau bahkan menjadikan momen ini sebagai ladang berbagi kebaikan. Mari kita bangunkan itu semua, jangan putus asa. Masih ada matahari esok yang akan menyambut kita, kita pasti bisa melawan dan melewati kondisi terburuk dari negeri ini. Kondisi “pageblug” seperti ini sudah pernah terjadi, namun faktanya semua akan terlewati dan melanjutkan kehidupan lagi asalkan kita mau menaati setiap regulasi yang telah dianjurkan.
Semua anjuran pemerintah bertujuan untuk kebaikan rakyat dan rakyat sendirilah yang dapat menentukan keselamatannya masing-masing. Optimisme akan hari esok merupakan kobaran semangat yang harus kita gelorakan agar kesehatan mental kita tetap terjaga. Tetap tenang, tetap beraktifitas, perhatikan protokol keselamatan karena MASA DEPAN MASIH MENANTI KAMU.
Mari bangkit di momentum kebangkitan ini, jika Bung Tomo dan pahlwan lainnya saja bertaruh nyawa langsung untuk membela negara agar kita bisa menikmati indah merdeka. Mengapa kita yang dapat melindungi diri sendiri dengan tetap memperhatikan protokol diri psimis melakukannya? Ayo Maju Aku dan Kamu Pasti Mampu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2020, Mari Bangkit Kibarkan Semangat Untuk Selalu Maju dan Berprestasi. Meninggalkan Perpecahan Demi Terciptanya Kerukunan. Membuka Lentera untuk Peradaban Cakrawala Kita.
Leave a Reply