Jakarta, DUTADAMAIJATENG.ID – Jepang telah berhasil menekan peningkatan kasus virus corona (COVID-19) selama sebulan terakhir. Itu terbukti dari nihilnya kasus yang dilaporkan negara itu dalam sekitar sebulan, sejak 30 April.
Namun kini, kasus di Negeri Sakura kembali meningkat. Di mana kota Kitakyushu di Fukuoka melaporkan adanya 119 kasus baru dalam 11 hari terakhir. Ini menjadikan kota ini sebagai area dengan kasus corona tertinggi selama gelombang kedua di Jepang.
Menurut laporan Strait Times, kasus baru itu di antaranya termasuk 11 siswa dari empat sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP). Ini membuat wilayah itu kembali menutup sekolah-dan fasilitas umum seperti galeri seni, yang baru dibuka pada 18 Mei lalu.
Sementara itu, Tokyo melaporkan 34 kasus baru corona pada Selasa (2/6/2020). Ini merupakan pertama kalinya bagi Tokyo melaporkan kasus di atas 30, sejak 14 Mei.
Jika dihitung dari 26 Mei, Tokyo telah mencatat 124 kasus baru. Di mana sekitar seperempat di antaranya adalah karyawan atau pelanggan di distrik hiburan.
Akibat itu, Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, mengeluarkan “peringatan Tokyo” yang isinya mengimbau bisnis untuk membatasi waktu operasi, dan mengimbau orang-orang untuk menghindari acara yang tidak penting.
“‘Peringatan Tokyo’ bertujuan untuk membangun kesadaran di antara penduduk tentang seberapa luas infeksi menyebar di ibu kota. Itu tidak berarti kami (segera) mengubah rencana kami untuk membuka kembali kegiatan sosial dan ekonomi, tetapi kami ingin menegaskan kembali permintaan kami agar orang menahan diri dari kegiatan malam hari, ” jelasnya.
Khusus Tokyo, sebenarnya kota ini baru memulai tahap kedua pelonggaran jarak sosial pada Senin lalu, dari tiga tahap yang diagendakan pemerintah. Sebelumnya pada fase pertama, museum, perpustakaan dan sekolah diizinkan untuk dibuka sementara di fase kedua bioskop, gimnasium dan department store baru diizinkan beroperasi.
Semua penambahan kasus terjadi pasca pemerintah mencabut pembatasan di Fukuoka pada 14 Mei dan di Tokyo pada 25 Mei lalu. Namun demikian, Dr Shigeru Omi, wakil kepala panel ahli pemerintah pada tanggapan COVID-19 mengatakan sebagian kecil kasus baru yang muncul sudah diantisipasi.
“Sifat virus ini pada titik waktu ini adalah tidak mungkin mengurangi tingkat penularan menjadi nol,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr Omi mengatakan, infrastruktur medis Jepang sekarang lebih kuat untuk menangani kenaikan jumlah kasus. Oleh karenanya, Jepang tidak akan mengumumkan keadaan darurat dalam waktu dekat.
“Intinya adalah kita harus cepat bergerak untuk menanggapi situasi dan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih lanjut dengan mengidentifikasi rantai penularan,” katanya lagi.
Menurut Worldometers, Jepang sejauh ini telah melaporkan ada total 16.930 kasus COVID-19. Di mana 894 orang telah meninggal dunia dan 14.650 orang sembuh.
Artikel ini pertama kali terbit di cnbcindonesia.com dengan judul New Normal Mungkin Gagal, Jepang Hadapi Gelombang ke-2 Corona pada pranala berikut https://www.cnbcindonesia.com/news/20200603131403-4-162763/new-normal-mungkin-gagal-jepang-hadapi-gelombang-ke-2-corona
Leave a Reply