Konsensus atas penyelenggaraan Pilkada serentak pada tanggal 9 Desember 2020 ditengah maraknya gelombang pandemi yang kian hari tidak segera surut telah banyak menuai polemik. Berbagai macam masalah dikhawatirkan muncul jika Pilkada tetap dilaksanakan. Masalah kesehatan dan keselamatan penyelenggara, peserta, dan pemilih tetap menjadi fokus utama. Selain hal itu, pemerintah juga harus memperhatikan para pihak tak bertanggungjawab yang ingin merusak suasana Pilkada. Dalam artian ada kemungkinan potensi kerusuhan hingga penyerangan dalam masa Pilkada terjadi. Disisi lain keberlangsungan tata pemerintah dan demokrasi juga tetap harus dijaga dalam keberjalanannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur The Indonesia Intelligence Institute, Ridwan Habib bahwa tindak terorisme merupakan salah satu potensi konflik dalam Pilkada serentak 2020. Kelompok teror bukan tidak suka terhadap pasangan calon tertentu, akan tetapi mereka tidak suka terhadap sistem pemilihan yang tidak sejalan dengan keyakinan para teroris yang di anutnya. Padahal sistem demokrasi yang kini diterapkan adalah bentuk implementasi dari nilai-nilai yang disampaikan Tuhan untuk umatnya.
Maka dari itu menurut hemat saya perlu hanya Bawaslu, KPU, termasuk Pemerintah utamanya BIN, Densus 88. Namun untuk seluruh komponen masyarakat Indonesia agar kiranya waspada dan peduli terhadap potensi aksi terorisme saat Pilkada serentak yang akan datang baik sebelum atau pasca pelaksanannya.
Memang pandemi Covid 19 masih menghawatirkan kesehatan orang banyak. Dan kita tidak bisa serta merta mengandalkan peran pemerintah dalam usaha mencegah potensi serangan kelompok teroris menjelang Pilkada ini. Seluruh masyarakat harus memiliki inisiatif dalam pencegahan potensi aksi terorisme. Ini menjadi langkah penting dalam menghadang amaliah para terorisme yang tidak sejalan dengan kesepakatan pendiri bangsa Indonesia.
Dan juga penting kiranya membangun kesadaran kolektif dalam melawan terorisme melalui edukasi publik dengan membanjiri konten-konten positif di sosial media kita masing-masing. Agar konten merusak maupun ajakan kerusakan oleh kelompok yang ingin menghancurkan bangsa Indonesia bisa kita tekan.
Ada pepatah mengungkapkan bahwa kejahatan merajalela bukan karena banyaknya jumlah penjahat. Tapi banyaknya orang baik yang diam. Maka mari kita tunjukkan, solidaritas yang tinggi antar sesama dan jangan sampai takut dengan aksi teror, dengan cara selalu menyebarkan luaskan pesan-pesan perdamaian tentang keberagaman dan toleransi di negeri yang kita cintai ini.
Oleh : Slamet Ginanjar / FP
Leave a Reply