Konflik merupakan esensi yang tidak akan pernah terlepas dalam proses keberjalanan hidup dari sesosok manusia. Karena konflik sudah menjadi suatu keniscayaan yang harus diterima oleh semua makhluk khususnya manusia, untuk berlapang dada dalam menerima kemudian dapat menjalaninya untuk diselesaikan. Konflik terjadi terk adang karena adanya suatu perbedaan antara satu dengan yang lain, karena sejatinya manusia diciptakan dengan beragam perbedaan, misal terkait perbedaan agama, ras, strata sosial, dan juga agama seringkali dapat menimbulkan suatu konflik yang saya rasa dapat merenggangkan kesatuan dan persatuan itu sendiri baik lingkup kecil ataupun besar.
Dan hari-hari ini di era pandemi covid 19 perbedaan pendapat menjadi hal yang sering kita terima di masyarakat luas, mulai dari miskonsepsi terkait peraturan tentang penanganan covid yang terbilang baru, tumpang tindihnya peraturan pusat dan peraturan daerah, ini semua menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwasanya kunci daripada pembuatn serta pelaksanaan kebijakan publik adalah dengan melanggengkan koordinasi dan juga melihat kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Jika kita melihat dari pemaparan wirawan dalam bukunya yang “berjudul Konflik dan managemen konflik” (2010) di sana dijelaskan bahwasanya ada beberapa cara terkait metode revolusi konflik itu sendiri yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam konflik harus saling bersinergi dengan melakukan pendekatan serta bernegosiasi dalam penyelesaian konflik untuk kemudian dapat menyelesaikan konflik dan menciptakan solusi konflik yang selama ini diharapkan oleh banyak orang. Di era pandemi yang sudah kita rasakan genap selama 10 bulan ini tampaknya tak kunjung menemukan titik temu untuk benar-benar mentuntaskan penyebaran dan penularan covid 19. Mulai dari kebijakan PSBB, Lockdown, dan juga berbagai peringatan mulai dari zona hijau, kuning, orange, dan juga hitam semua ini untuk memberikan informasi tentang tingkat bahaya penularan dan seluruh jumlah pasien covid di daerah masing-masing.
Saat ini resolusi konflik seharusnya sering digaungkan khusunya bagi kaum muda yang notabehnya lebih sering berselancar di media sosial untuk kemudian dapat menyebar luaskan narasi-narasi pemecahan masalah menurut versi masing-masing yang sifanya membangun jangan justru mengolok-mengolok dan mengkritik pemerintah tanpa di iringi dengan solusi yang efektif.
Dan menurut saya sekarang ini adalah Sudah waktunya untuk sadar terhadap kesehatan masing-masing jangan hanya mengandalkan kesehatan saat pemerintah mengeluarkan kebijakan saja, karena yang menjadi perhatian bersama adalah tiap orang belum menyadari dengan betul terkait pentingnya kesehatan. Jika belum sadar, di kasih kebijakan seefektif mungkin masyarakat akan tetap abai, dan sejatinya kesehatan adalah kewajiban dari tiap individu dan tentunya pemerintah tidak bisa mengawasi kesehatan dan juga imun dari setiap masyarakat, maka seyogyanya revolusi konfik kali ini dimaknai bagaimana tiap diri dari kIta semua dapat menghadapi permasalahan tentang kesehatan, psikis dan juga ekonomi dengan baik, dan tentunya tetap ada pengawasan dan juga sinergitas antara masyarakat dengan pemerintah.
Harapannya dengan demikian masyarakat lebih peka terhadap permasalah yang ada untuk dan segera bergegas untuk turut serta dalam penyelesaiannya.
Leave a Reply