Hallo sahabat damai, kita sering mendengar ataupun melihat dimedia sosial mengenai ketiga aspek islam, Nasionalisme dan Perbedaan saling dibentrukan dan dipertentangkan. Tapi, kalian tahu gak sih? Kalau sebenarnya ketiga aspek tersebut gak harus dipertentangkan bahkan bisa saja ketiga aspek tersebut untuk saling melengkapi.
Nah, disini penulis bakal ngasih opini yang berbeda nih, dari banyak opini yang sering kalian dengar di media sosial. Dan disini, penulis masih tidak bisa lepas kepada sosok KH. Bahauddin Nursalim, yang selalu membuat penulis tajub dan membuka mata dan pikiran penulis untuk terbuka selebar-lebarnya. Dan mengenai siapa itu KH. Bahauddin Nursalim, sudah pernah penulis sampaikan dilain kesempatan. Skuy, cek aja di website ya sobat.
Gus Baha beberapa kali diundang untuk menjadi pembicara yang bertemakan, “Hubungan Islam dan Nasionalisme” dan dari disinilah cerita dimulai.
Gus Baha merasa heran mengenai tema tersebut, karena seharusnya islam dan nasionalisme sudah final pembahasannya. Gus Baha juga menyinggung mengenai orang zaman dulu yang tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Sehingga sampai terdapat resolusi jihat yang diprakarsai oleh KH. Hasyim Asyari.
Semua berjalan dengan normal. Dan dampak dari hal tersebut adalah Indonesia yang aman dan damai ini. Gus Baha juga menyinggung tentang konflik di Timur Tengah, dimana menurut beliau, konflik tersebut salah satunya terjadi karena tidak bisa menyatukan islam dan nasionalisme. Sehingga orang-orang Islam tidak nasionalis, dan orang-orang nasional tidak berislam dengan baik.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Indonesia. Dimana kita tahu, banyak tokoh agama terutama islam yang tidak diragukan lagi nasionalismenya. Salah satu contohnya adalah guru dari KH. Bahauddin Nusalim sendiri, yaitu KH. Maemun Zubair.
“Memang ada apa hubungan antara Islam dan Nasionalisme?”
“Hubungannya baik-baik saja,” ucap beliau menirukan orang awam yang ditanya mengenai Hubungan Islam dan Nasionalisme (dikutip dari YouTube). Dan ucapan tersebut sontak membuat tertawa para pendengar.
Dan mengenai perbedaan juga begitu. Orang-orang zaman dulu, bahkan sejak zaman para Wali Songo juga tidak pernah mempertentangkan perbedaan. Malah, perbedaan bisa dijadikan ladang dakwah yang sangat subur buat kita.
Ini bisa dibuktikan dengan Indonesia dari zaman kezaman, dan diperkuat dengan peninggalan-peninggalan Wali Songo. Dimana, akulturasi budaya bisa sangat kental sekali. Dan hal itu juga menunjukkan bagaiamana beraneka ragamnya orang-orang dulu penghuni ibu pertiwi.
Nah, sobat damai, kebayang gak sih damainya orang-orang zaman dulu? Dimana hidup rukun dan saling berdampingan di tengah perbedaan. Sehingga terjadi akulturasi budaya, yang hal itu juga sebagai salah satu bukti harmonisnya nenek moyang kita semua.
Penulis : Yoga Pratama
Leave a Reply