Sudah tidak asing lagi agama Islam tumbuh subur di Indonesia. Mayoritas warga negara Indonesia memeluk agama Islam dibanding memeluk agama lain. Penyebaran agama Islam yang dimulai dari para ulama dan mujahid terdahulu, telah membumi subur di Indonesia. Mengenai agama Islam, sebenarnya apa arti Islam itu sendiri? Dalam bahasa Arab Islam merupakan mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat, tunduk, patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan secara harfiah, Islam berasal dari kata Aslama yang berarti damai, tenteram, selamat dan menyerahkan diri. Sebagai muslim kita harus menyerahkan diri pada Allah sesuai aturan-aturan (hukum-hukum Allah).
Agama Islam sendiri diturunkan untuk membawa perdamaian. Membawa perubahan kearah kebaikan. Seiring dengan perkembangan zaman, pencarian makna Islam terus dilakukan hingga memunculkan adanya pelbagai penafsiran. Kemajemukan dari masyarakat Indonesia, menjadikan Islam memiliki keberagaman cara sudut pandang . Hal ini dibuktikan dengan adanya aliran Islam yang tersebar di berbagai daerah dan kalangan. Berbagai golongan telah muncul dan diyakini oleh sebagian masyarakat.
Agama Islam memang agama yang mempunyai banyak dimensi penafsiran (Al-Islam Hammalat Awjuh). Salah satu keistimewaan agama Islam, adalah menjadi agama yang memungkinkan adanya keberagaman pemahaman. Islam juga adalah agama yang terbuka dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya bagi kebebasan berpikir. Islam sendiri adalah agama yang tidak membatasi adanya ijtihad dan penafsiran. Dengan adanya ijtihad, diharapkan akan mampu menjadikan Islam sebagai ‘korpus terbuka’ bukan ‘korpus tertutup’.
Ijtihad sendiri dibuat bertujuan untuk memasuki jantung ajaran Islam yang paling autentik dan substansif. Atas dasar inilah perlu adanya penalaran baru dalam memahami Islam . Sehingga dapat membuka ruang bagi hadirnya makna Islam sebagai paradigma kemanusiaan. Artinya dengan adanya ijtihad keagamaan, diharapkan mampu menghadirkan dimensi kemanusiaan yang belum diangkat kepermukaan secara mendasar.
Islam Agama Damai
Agama Islam hakikatnya menitikberatkan pada konsep kemanusiaan dan ketuhanan. Kalimat ini dibuktikan dengan firman Allah di dalam Al Quran “Kamu adalah umat terbaik diutus untuk manusia, menyerukan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah SWT” (Qs. Ali Imran : (3):(110) ). Menurut Al-Imam Muhammad al- Razi dalam tafsir al-Kabir Wa Mafatih al-Ghayb, ayat tersebut setidaknya menjelaskan 2 hal penting. Pertama umat Islam adalah umat yang telah tercatat di singgasana Tuhan (Lauh al Mahfudz) sebagai umat terbaik. Secara normatif, Tuhan telah memberikan rambu-rambu kepada umat Islam untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Hal ini berkaitan dalam konteks ketuhanan.
Kata umat terbaik merujuk pada sebuah keistimewaan bagi umat Islam. Kedua umat Islam diharapkan dapat membumikan ajaran Islam dalam konteks kemanusiaan. Untuk tujuan kemanusiaan tersebut, ayat di atas lalu menguraikan secara eksplisit. Yaitu peran yang mesti dilakukan oleh seorang muslim adalah menebar kebaikan (al-amr bi al-ma’ruf), mencegah kejahatan (Al-nahy’an al munkar) serta beriman kepada Tuhan (Al-imn bi Allah). Dengan adanya dua konsep ini yang dibedah melalui ayat di atas , umat Islam diharapkan mampu menjadi umat terbaik sebagai teladan dan panutan.
Konsep Umat terbaik (Khair Ummah), sebenarnya ingin menegaskan hakikat Islam adalah agama yang memelihara keseimbangan antara kemanusiaan dan ketuhanan. Islam memang agama sejak awal diturunkan untuk membawa misi perdamaian dan perubahan bagi manusia. Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah konsep “umat terbaik” tersebut telah dijadikan sebagai klaim kebenaran. Keyakinan ini mewujud dalam pandangan eksklusif. Artinya muncul kesadaran bahwa saya adalah umat terbaik sedangkan, umat lain bukan umat terbaik. Pandangan seperti ini sering kali dijadikan sebagai “teologi klaim kebenaran” yang bisa merenggangkan persaudaraan antar umat . Bisa berakibat memicu adanya konflik dan perpecahan.
Di Indonesia sendiri memang ajaran Islam, terkelompok menjadi golongan mayoritas dan minoritas. Bukan hanya itu, kita juga hidup berdampingan dengan sebagian yang berbeda keyakinan. Karena hal ini, janganlah menjadi acuan bagi suatu kelompok mayoritas mendiskreditkan atau mendiskriminasi bagi golongan aliran Islam minoritas. Memandang rendah agama tertentu bahkan bertindak anarkis. Karena sejatinya agama Islam adalah agama kedamaian untuk kebaikan . Bukan alat provokatif membawa kerusakan, apalagi menebarkan kebencian. Islam adalah agama yang memiliki rasa welas asih dan sikap toleran. Ingat perpecahan terjadi jika setiap orang merasa penting dan paling benar. Di dalam Islam pun dijelaskan, untuk melakukan kebaikan tidak memandang latar belakang seseorang. Karena kebaikan adalah tentang ketulusan, dan hal itu tidak memandang suatu perbedaan.
Lusa Indrawati
Seorang gadis pluviophile yang tergabung di komunitas literasi Competer Indonesia dan Kepul
Leave a Reply