Dua hari yang lalu saya telah menulis tentang Film Pendek Tilik, Gambaran Terpinggirnya Orang Positivistik. Dalam tulisan itu, saya coba menggambarkan bagaimana Yu Ning, salah satu tokoh dalam film ini sangat terpinggirkan. Padahal semangat berbaik sangka ini sangat baik dalam beberapa hal.
Setelah menuliskan tulisan tersebut, saya kepikiran apa saja yang dapat dipelajari dalam film ini. Dan ternyata, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dan mungkin perlu agak diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Apa saja itu?
Gosip Itu Perlu
Sudah saya jelaskan di tulisan sebelumnya, gosip sudah menjadi kegiatan yang fardhu ain setiap ibu-ibu berkumpul. Mungkin terkesan agak kurang bermanfaat dan berbahaya kegiatan yang satu ini. Seperti di film Tilik ini, sebagian besar yang ikut menjenguk ini malah ikut kegiatan gosip. Namun terlepas dari banyaknya dampak buruk, gosip ternyata diperlukan.
Gosip memiliki dampak signifikan dalam mencegah meluasnya maksiat dalam masyarakat. Hal ini juga disampaikan Gus Baha dalam salah satu pengajiannya secara daring di channel Santri Gayeng. Apa yang disampaikan Gus Baha yakni bagaimana kegiatan gosip mampu mencegah orang yang akan berbuat maksiat. Jadi, gosip itu perlu.
Jadilah Solutif
Di akhir film, Yu Ning dan ibu-ibu lain kebingungan karena tak bisa menjenguk bu lurah yang masih di ruang ICU. Padahal jarak antara desa ke rumah sakit tempat bu lurah dirawat juga tak dekat. Bu Tejo yang sudah saya sebal sejak awal ternyata memberikan solusi konkret dari kebingungan ibu-ibu.
Bu Tejo mengajak ibu-ibu yang lain untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah pasar di Yogyakarta. Walau sayangnya setelah memberikan solusi, ia berkata kalimat nyelekit lainnya. “Dadi wong iki sing solutif lho” katanya sambil berlagak. Terlepas dari itu, jadilah seperti Bu Tejo yang mampu memberi solusi kala semua kebingungan.
Ngotot Untuk Berbaik Sangka
Yu Ning kembali memikat hati saya dengan perilakunya. Kali ini Yu Ning selalu ngotot untuk selalu berbaik sangka kepada siapapun. Tak hanya itu, ia berusaha menahan narasi gosip yang ganas dari Bu Tejo, meskipun sebagian ibu-ibu di film itu agak kurang menerima beberapa poin yang disampaikan Yu Ning. Susah memang jadi orang baik.
Persatuan Mengalahkan Semua
Terakhir ini yang perlu kita pelajari. Dalam film ini, truk bak terbuka yang dinaiki oleh ibu-ibu memang melanggar hukum lalu lintas. Ya kan memang truk bak terbuka tidak boleh dinaiki oleh orang. Dan karena adu mulut antara Bu Tejo dan Yu Ning, membuat truk yang berjalan ditilang oleh seorang polisi.
Ketika tahu ditilang, para ibu di dalam bak truk keluar untuk memberikan suapan dengan berbagai kantong plastik berisi jajan. Hal ini juga dilakukan oleh Yu Ning dan Bu Tejo. Walaupun keduanya menjadi penyebab truknya ketahuan melanggar aturan. Meskipun berbeda visi, namun mereka berdua bersatu menghentikan usaha tilangan yang dilakukan oleh polisi dalam film ini. Ya meskipun ini sangat tidak untuk ditiru.
Itulah beberapa hal yang dapat kita pelajari dalam film pendek tilik ini. Masih banyak yang dapat kita pelajari, sesuai pemikiran masing-masing.
Leave a Reply