Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ajak pemuda untuk menyebarkan narasi positif di media sosial. Hal ini guna melawan narasi negatif atau yang berpotensi menyebabkan perpecahan bangsa. Menurut Ganjar, narasi positif itu bisa dibangun dalam satu cerita, drama, atau narasi dalam satu isu.
Ia memberikan contoh, misal seperti foto seorang suster bergandengan dengan ibu-ibu berkerudung, itu sudah bisa menggambarkan indahnya toleransi. Ia juga berpesan agar dalam melawan narasi perpecahan, tidak perlu dengan narasi yang penuh kebencian.
“Kalau lawan narasi isinya misuh-misuh terus, aduh capek. Karena pasti netizen yang tidak suka, dia akan meng-counter dengan narasi yang lebih negatif,” jelasnya.
Hal ini Ganjar sampaikan dalam kegiatan workshop Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Media Damai dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia.
Workshop ini diikuti oleh para pemuda yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Mereka dilatih kontra narasi radikalisme di dunia maya. Mereka dikumpulkan dalam rangkaian workshop yang berlangsung sejak Selasa, (13/10) hingga Jumat (16/10) kemarin.
Ganjar juga berharap agar para peserta dan juga seluruh pemuda di Jawa Tengah ini bisa menjadi agen penyebar perdamaian.
“Sampaikan bahwa damai itu asik. Beda kulit, beda agama tapi bisa hidup berdampingan,” ujarnya di hadapan peserta.
Dalam sambutannya, Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan BNPT RI Kolonel Pas. Sujatmiko mengatakan para peserta ini dilatih untuk menciptakan konten dengan pendekatan kearifan lokal. Pelatihan ini terdiri atas tiga bidang, yakni yaitu Blogger, DKV, dan IT
“Menurut penelitian tentang indeks radikalisme, kearifan lokal mempunyai signifikansi yang sangat tinggi untuk meningkatkan daya tangkal terhadap pengaruh paham radikalisme dan terorisme,” ucapnya.
Jatmiko menambahkan bahwa terorisme aksi terorisme yang paling bahaya adalah narasinya. Bukan pada aksinya. Mereka yang rentan akan mudah dijangkiti paham-paham yang menyetujui aksi teror.
“Pemuda ini dikumpulkan di sini untuk melawan narasi, yang mengarah pada tindakan terorisme. Bukan mencegah aksi, tapi mencegah narasi yang menyebabkan,” tandasnya.
Inti pengkaderan tersebut yakni pada luaran yang nanti dilaksanakan pasca workshop. Bagaimana seluruh peserta kemudian aktif sebagai penggiat dunia maya untuk menyuarakan perdamaian. Untuk melawan masifnya narasi kelompok teror.
Kemudian ia juga berharap agar peserta mampu menjalin sinergi dan memperluas jaringan dengan sesama anak muda. Khususnya dengan sesama duta damai di 13 provinsi yang ada di Indonesia.
Leave a Reply