Seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman, warisan budaya tembang dolanan mengalami penurunan minat. Teknologi di era modern yang canggih dan masuknya budaya asing melalaui digital, perlahan telah menggerus budaya ini. Anak-anak yang menyukai lagu tembang dolanan dan bisa menyanyikannya dianggap telah langka. Banyak dari generasi muda dan anak-anak lebih menyukai lagu bahasa asing. Ironinya, anak-anak dan remaja zaman sekarang lebih mengenal lagu dari luar negeri ketimbang lagu di dalam negeri.
Mereka yang pandai bernyanyi bahasa asing dianggap lebih pintar atau pandai. Bukan hanya itu saja, di era modern ini banyak sekali anak-anak yang hafal dengan lagu-lagu patah hati, percintaan, ditinggal kekasih dan lainnya. Anak-anak bisa menghafal karena sering mendengarkan lewat radio, televisi atau Youtube. Kebanyakan dari remaja dan anak-anak zaman sekarang, lebih menyukai lagu bergenre jaz, pop, dangdut atau lagu western. Lagu-lagu modern ini, yang bahkan mejadi booming belum tentu memiliki nilai moral untuk anak. Bahkan masih dipertanyakan apakah layak untuk diperdengarkan anak atau tidak.
Hilangnya keberadaan “Tembang dolanan” telah menjadi bukti bahwa budaya bangsa telah terkikis oleh budaya asing melalui kemajuan teknologi. Lunturnya tembang dolanan, menyebabkan kikisnya karakter anak negeri. Anak-anak bisa memiliki sikap individual. Mereka lebih memilih permainan gadget ketimbang bermain permainan tradisional. Mereka lebih menyukai lagu berbahasa asing atau lagu yang dianggap trendi. Ketimbang menyanyikan atau menyukai tembang dolanan dari budaya bangsa sendiri.
Tembang Dolanan Patut Dilestarikan
Indonesia memang terkenal dengan ragam budayanya. Salah satunya berasal dari kesenian Jawa. Budaya lokal yang identik dengan seni “Tembang”. Salah satu budaya sebagai sarana hiburan dan juga edukasi. Tembang ialah ciptaan sastra yang terikat oleh aturan tertentu yang dibacakan dengan cara dilagukan. Tembang dibangun dengan rangkuman kata-kata yang disebut cakepan. Pada zaman dahulu, masyarakat sudah mengenal tembang bahkan, anak-anak pun sering menyanyikan tembang saat bermain permainan tradisional. Tembang ini disebut sebagai tembang dolanan. Sebut saja seperti tembang ilir-ilir, cublak-cublak suweng, gundul-gundul pacul.
Tembang dolanan juga mempunyai beberapa fungsi. Pertama sebagai sarana edukasi seperti ajakan atau nasihat. Seperti contoh dalam lirik tembang dolanan Prakanca “Rembulane sing ngawe-awe, ngelingake ojo turu sore-sore” yang artinya bulan sendiri yang mengajak, mengingatkan jangan tidur di sore hari. Lirik tembang ini mengajak agar anak-anak tidak bermalas-malasan dan bersuka cita saat bulan purnama tiba. Fungsi yang kedua yaitu sebagai sarana hiburan.
Tembang dolanan juga bisa digunakan untuk mengiringi permainan tradisional anak-anak. Seperti contohnya lagu cublak-cublak suweng. Anak-anak menyanyikan tembang dan secara bersamaan memainkan permainan tradisional diiringi gerakan yang riang. Terlihat sederhana, tapi jika diamati tembang dolanan bisa membentuk kepribadian anak. Fungsi yang ke tiga sebagai sarana untuk menyampaikan nilai sosial kepada anak. Contoh tembang “Sluku-sluku Bathok”. Pesan yang ingin disampaikan pada lirik lagu ini adalah, hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk mencari uang. Contoh yang lain seperti tembang “Gundhul-Gundul Pacul”. Pesan tersirat di lagu ini bermakna sebagai pemimpin, tidak boleh sewenang-wenang pada rakyatnya.
Tembang dolanan adalah salah satu ciri identitas budaya bangsa .Dengan tembang dolanan, anak-anak bisa bermain dan bergaul secara suka ria. Tidak menjadi individual dan bisa memiliki sikap berkarakter. Dilihat dari lirik lagunya, tembang dolanan banyak memiliki manfaat positif seperti mengajak dan menanamkan karakter kepada anak-anak. Seperti cinta alam, menjadi pribadi yang peduli antar sesama, memiliki nilai moral dan lain-lain. Tembang dolanan adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Namun yang menjadi permasalahannya, bagaimanakah sikap generasi muda masa kini terhadap warisan budaya “Tembang Dolanan ” ?.
Menjaga kelestarian tembang dolanan berarti juga menjaga identitas budaya bangsa. Sebagai generasi muda kita bisa melakukannya asalkan ada niat dan kemauan untuk berusaha. Pertama yang harus dilakukan yaitu kita bisa memulai dari kita sendiri dengan mau mengenal apa itu tembang dolanan. Bagaimana sejarah tembang dolanan . Setelah kita mengenal dan mengerti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kita bisa mengenalkannya pada orang-orang terdekat di lingkungan kita.
Kedua, tembang dolanan juga bisa diaplikasikan di sekolah. Selain sebagai materi bahan ajar, tembang dolanan juga bisa dikenalkan di berbagai kegiatan sekolah. Seperti dalam Event tertentu membuat perlombaan untuk menyanyikan tembang dolanan secara berkelompok dikalangan pelajar. Hal ini bertujuan, untuk menumbuhkan minat dikalangan siswa.
Ketiga, memperkenalkan tembang dolanan di khalayak umum. Tembang dolanan bisa dibuat menjadi pertunjukan yang menarik dan unik. Dikemas lebih modern agar menarik perhatian orang. Misal bisa dibuat sebagai seni pentas dengan tampilan baru yang lebih segar. Atau bisa juga dijadikan drama yang memiliki konsep cerita dimana di dalamnya, terdapat selipan tembang dolanan sebagai pendukungnya. Pertunjukan ini bisa dilakukan pada event-event tertentu seperti, pada perayaan 17 agustusan atau diikutkan saat festival-festival daerah diselenggarakan.
Melestarikan tembang dolanan adalah hal yang seharusnya kita lakukan bersama. Asalkan ada niat dan kemauan, pasti ada jalannya. Dengan upaya tersebut, diharapkan agar tembang dolanan bisa mengalami perkembangan dan bisa dikenal. Tidak lekang oleh waktu, dan perubahan. Tetap menjadi cermin kepribadian anak bangsa, yang menanamkan nilai-nilai-nilai luhur bagi generasi muda.
Lusa Indrawati
Seorang gadis pluviophile yang tergabung di komunitas Literasi Competer Indonesia, Kepul dan Tirastimes
Leave a Reply