Secara tidak langsung kita ini dituntut untuk mengerti bahasa yang digunakan sehari-hari. Karena mau bagaimana pun bahasa adalah sarana komunikasi yang paling berpengaruh di kehidupan bermasyarakat (Dian, 2012). Negara Kesatuan Republik Indonesia terkenal akan banyaknya suku-suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat Indonesia pada umumya masyarakat yang dwibahasawan, sekurang-kurangnya mengenal dua bahasa. Pertama bahasa daerah atau bahasa ibu, sedangkan yang kedua adalah bahasa Indonesia (Samsuri dalam Almos, 2012:144). Setiap suku dan daerah yang berbeda memiliki bahasanya masing-masing seperti di provinsi Jawa Barat penduduknya bermayoritas bersuku Sunda yang memiliki bahasanya sendiri yaitu bahasa Sunda, di provinsi Jawa Tengah bermayoritas bersuku Jawa yang bebahasa daerah Jawa. Dengan banyaknya suku, bahasa, dan budaya tidak heran jika Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya akan kebudayaan.
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini tumbuh semakin pesat. Teknologi yang semakin pesat itu secara tidak langsung memudahkan akses setiap orang untuk menjelajahi dunia secara daring, dengan luasnya akses keseluruh dunia menimbulkan berbagai dampak terhadap tatanan kehidupan manusia yang seakan terpengaruh efek globalisasi dari luar. Hal tersebut senada dengan Rahmat (2016:237-238) pengaruh era globalisasi dan berkembangnya teknologi yang menyusup kedalam masyarakat memberi pengaruh terhadap kebudayaan, bahasa, sastra serta spirit dari masyarakat.
Sebenarnya eksistensi bahasa daerah dan para penggunanya masih cukup kuat walaupun terus mengalami penurunan, terutama dari kemampuan para generasi muda dalam menguasai bahasa daerah (Sobarna, 2007:14). Tuturan tersebut senada dengan Wagiati dan Zein (2018:188) bahwa dengan penempatan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah memengaruhi bahasa-bahasa daerah, dengan begitu keberadaan bahasa daerah mulai mengalami tekanan fungsional yang menyebabkan terlihatnya bahasa daerah mulai ditinggalkan oleh penuturnya. Jika hal tersebut terus dibiarkan perlahan eksistensi bahasa daerah bisa saja menghilang dan hanya menyisakan sejarah.
Untuk itu, pemanfaatan teknologi dan mengikuti era globalisasi harus segera digerakan sebelum hilangnya bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Dari hal tersebut pemanfaatan teknologi sangatlah dibutuhkan,apalagi melihat fenomena penutur bahasa daerah yang mulai menurun. Maka dari itu dibutuhkan media atau alat yang tepat untuk merawat, memelihara, dan menjaga bahasa-bahasa daerah dari kepunahan. Lantas media apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut? Dari pertanyaan tersebut penulis sebagai bagian dari penerus bangsa menawarkan ide solusi yang dibungkus dalam esai yang berjudul, “Rancangan Robot Berbahasa Daerah: Sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Bahasa Daerah”.
Rancangan pembuatan robot ini ditujukan untuk melayani masyarakat terutama di tempat umum seperti pusat perbelanjaan, halte bis, dan lain sebagainya. Robot ini dirancang untuk bisa berbahasa Sunda sebagai salah satu bentuk pelestarian bahasa daerah. Selain itu, robot ini dirancang dan dibentuk untuk menyerupai manusia dan dapat melakukan hal-hal kompleks seperti berbicara dan berjalan (Felix dalam Schodt,2020:8). Tidak hanya itu, robot ini dirancang menggunakan technoculture yang meliputi hubungan teknologi dan semangat kebudayaan masyarakat (Roza, 2016:166). Dengan adanya technoculture ini teknologi tidaklah lagi menyeramkan, melainkan teknologi bisa membantu dalam pelestarian budaya salah satunya bahasa daerah. Untuk berkomunikasi robot akan diprogram menggunakan speech recognition yang dimana robot akan mendeteksi sensor suara untuk berkomunikasi dengan manusia (Felix, 2016:41).
Robot berbahasa daerah ini dapat memberikan berbagai macam fitur yang dapat membantu masyarakat dalam beraktifitas sehari-hari terutama di tempat umum. Fitur-fitur yang diberikan diantaranya:
- Queue Ticket
Merupakan bantuan untuk memberikan tiket antrian kepada pelanggan baik dalam berbelanja di mall maupun antrian penumpang di halte bisa dan transportasi umum lainnya.
- Lagu-lagu sunda beserta maknanya
Disela menunggunya antrian, robot akan menyanyikan lagu-lagu Sunda kemudian robot akan menjelaskan makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Contoh, robot baru saja selesai menyanyikan lagu Surabi Haneut dari Bungsu Bandung, contoh penjelasan yang diberikan robot akan “Lagu ini mempunyai maksud betapa sukanya sang penyanyi terhadap makanan tradisional yang bernama surabi yang dideskripsikan dengan ukurannya yang besar dan mempunyai dua varian rasa juga dengan harganya yang murah.” Selain menyanyikan lagu sunda, secara tidak langsung robot bisa mempromosikan makanan tradisional khas sunda yaitu Surabi.
- Customer Service
Robot yang diberi kecerdasan buatan dapat membantu masyarakat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan manusia dan memberikan informasi yang dibutuhkan customer. Contoh, kapan bis berikutnya akan tiba dan lain sebagainya.
- Translate atau Penerjemah
Semua fitur-fitur yang diberikan diatas menggunakan bahasa daerah, tentunya tidak semua orang dapat mengerti bahasa daerah. Untuk itu penulis memberikan ide setelah informasi menggunakan bahasa sunda, selanjutnya robot akan memaparkan informasi itu kembali tetapi menggunakan bahasa Indonesia.
Tidak semua orang paham dengan bahasa daerah, tetapi setidaknya dengan adanya robot berbahasa daerah ini dan perlahan-lahan orang-orang yang sering mendengar bahasa sunda dapat mengerti dan mempertahankan eksistensi dari bahasa Sunda itu sendiri. Tidak ada yang sempurna, kehadiran robot ini walaupun sangat membantu manusia tetapi keberadaannya juga memiliki kerugian, diantaranya:
- Hilangnya Lapangan Pekerjaan Manusia
Kehadiran robot memang dapat membantu pekerjaan manusia. Tetapi dengan kehadiran robot pula pekerjaan yang seharusya bisa dikerjakan manusia akan tergantikan oleh robot.
- Krisis Energi
Sebuah robot untuk bisa menyala membutuhkan energi listrik, begitu pula dengan manusia yang membutuhkan energi listrik untuk membantu kesehariannya. Maka dari itu, dengan banyaknya robot yang hidup di Bumi maka akan banyak kekurangan energi secara drastis (Felix, 2020:21).
- Global Warming
Jika ada robot yang rusak dan tidak bisa diperbaiki maka robot itu akan menjadi sampah. Dengan banyaknya sampah elektronik dan penggunaan energi yang ber;ebihan dapat menyebabkan pemanasan global lebil cepat (Felix, 2020:21).
- Memakan Waktu yang Lebih Lama
Fitur penerjemah dalam robot ini dapat memakan lebih banyak waktu. Karena, robot akan berbicara menggunakan bahasa Sunda terlebih dahulu sebelum diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Untuk orang-orang yang tidak mengerti bahasa Sunda harus menunggu robot menyelesaikan penyampaian informasi pertamanya yang menggunakan bahasa Sunda.
Untuk mewujudkan rancanngan robot berbahasa daerah ini sangat dibutuhkan dukungan dari pemerintah, masyarakat termasuk generasi muda. Dengan dukungan dari banyak pihak rancangan robot berbahsa daerah ini dapat membantu mempertahankan bahasa daerah sekaligus membantu dalam pelayan masyarakat.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa daerah harus terus dipertahankan supaya bisa diwariskan turun-temurun. Dengan robot berbahasa daerah dapat membantu mempertahankan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia, khususnya bahasa Sunda. Fitur-fitur yang diberikan oleh robot ini selain dapat membantu melayani masyarakat, juga dapat menambah wawasan dan hiburan di tempat umum.
Daftar Pustaka
Almos, R. 2012. Fonologi Bahasa Minangkabau: Kajian Transformasi Generatif. Jurnal Elektronik Wacana Etnik, 3(2), 143-163.
Dian. 2012. Griya Wardani. Dipetik 3, 29, 2023, dari Punahnya Bahasa Daerah: https://griyawardani.wordpress.com/2012/11/07/punahnya-bahasa-daerah/
Felix, F. O. 2020. Penggunaan Bahasa Pada Robot Untuk Berkomunikasi Sebagai Pelayan Di Kafe Jepang (Doctoral dissertation, Universitas Darma Persada).
Rahmat, W. 2016. Penerapan kaba Minangkabau sebagai media pelestarian bahasa amai (ibu) dan kesusastraan dalam pendidikan literasi di Minangkabau. Jurnal ipteks terapan, 10(4), 236-241.
Roza, S. E. 2016. “Technoculture”. Jurnal Sosioteknologi, 15(1), 165-168.
Sobarna, C. 2007. Bahasa Sunda Sudah Di Ambang Pintu Kematiankah?. Makara Human Behavior Studies in Asia, 11(1), 13-17.
Wagiati, W., & Zein, D. (2018). Pelestarian Bahasa Sunda dalam Upacara Pernikahan Adat di Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 3 (2), 186-201
Penulis: Luthfi Fadhil Pratama Yanuar @fadhilpratama_04
Desain: Ninda Munaya (@ninmusah)
credit gambar: Pinterest
Leave a Reply