Film garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo yang berdurasi 32 menit 34 detik garapan rumah produksi Ravacana film atas kerjasama Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta tahun 2018 silam ini, telah mencuri perhatian masyarakat jagat maya dan nyata. Sudah 12 juta orang sudah mengunjungi kanal youtube milik rumah produksi tersebut. Selain garapan plot yang epik, pengambilan latar belakang budaya dan perbincangan keseharian khas ibu-ibu pun menjadi daya tarik yang tidak disadari sangatlah mengena.
Penulis di sini tidak akan membahas struktur cerita namun akan membahas nilai yang hendak di sampaikan oleh tokoh untuk berhati-hati meninggalkan rekam jejak digital. Seperti halnya Bu Tejo yang menjadi ikon film, digambarkan sebagai seseorang yang memiliki karakter ceplas-ceplos, senang mencari perhatian dan tidak ingin kalah dalam berargumen. Misalnya saja, dasar yang digunakan saat membicarakan Dian (perempuan muda salah satu tokoh dalam film) hanyalah informasi yang diperoleh dari media sosial facebook, yang belum diketahui pasti kebenarannya. Namun, Bu Tejo sangat ngeyel ketika dingatkan Yu Ning bahwa internet tidak mungkin berbohong karena buatan orang pintar.
Kenali Rekam Jejak Digital
Banyak orang hanya memahami sepenggal tentang rekam jejak digital. Meraka menganggap bahwa rekam digital tersebut hanya berupa postingan foto, video atau status di sosial media saja. Namun, Sahabat Damai perlu ketahu, bahwa jejak digital ialah segala rekaman jejak perjalanan seseorang yang terekam melalui aplikasi gawai seperti GPS, ] media sosial, bahkan email. Jejak digital milikmu juga termasuk kumpulan dokumen yang telah kamu buat atau unggah melalui jaringan internet. Seluruh rangkuman jejak atau history digital tersebut tersimpan di komputer dan daring.
Sahabat Damai pun perlu mengenali dua macam jejak digital, yaitu aktif dan pasif. Jejak digital pasif yaitu rekam perjalanan berupa search history yang kita tinggalkan selama menjelajah di dunia maya. Hal tersebut dikarenakan situs yang kamu kunjungi akan menyimpan alamat IP pengunjungnya. Nah, dari situlah alamat IP dapat dikenali oleh internet service provider (ISP) yang dipakai hingga perkiraan lokasi pengakses situs. Pada umumnya alamt IP selalu berubah dan tidak menyimpan informasi personal pemakainya.
Sedangkan rekam jejak digital aktif ialah, suatu informasi atau atau data yang sengaja di unggah oleh seseorang ke dunia maya. Seperti halnya menggunggah foto, video, cuitan, dan update status yang dibagikan melalui akun media sosial facebook, instagram, hingga twitter atau unggahan di kanal blog. Salah satu kegiatan yang meninggalkan jejak digital aktif adalah aktifitas mengirim dan menerima surel atau email, yang kebanyakan disimpan oleh pemilik akun secara daring. Bahkan aktifitas ringan seperti menyukai (like) sebuah postingan atau laman juga akan tercatat sebagai jejak digital kalian Sahabat Damai.
Film Tilik mengingatkan kita merefleksi jejak digital
Dian. Salah satu tokoh perempuan muda dengan segala keterbatasan yang keluarganya miliki namun dapat memiliki barang-barang mewah dengan cepat. Bukan itu saja yang memicu Bu Tejo menjadikan dirinya sebagai bahan buah bibir ketika ibu-ibu tilik (mengunjungi) ibunya yang sakit. Postingan Dian di laman akun facebooknya yang memperkuat argumen tersebut. Gadis yang terlihat lugu di lingkungan desanya, namun penapilannya dijagat maya sangat berbeda dari kesehariannya. Sehingga, mendapatkan berbagai komentar dari warganet.
Bu Tejo yang hanya membaca dan melihat komentar serta unggahan berbagai foto di akun facebook pribadi Dian langsung begitu saja percaya. Tanpa ingin klarifikasi mencari kebenarannya terlebih dahulu, Bu Tejo langsung menceritakan apa yang beliau lihat ke warga lain. Parahnya lagi, tokoh tersebut sangat mempercayai bahwa internet tidak akan berbohong karena internet adalah ciptaan orang-orang pintar.
Sahabat Damai, sebenarnya pemikiran semacam ini amat disayangkan. Selain mencerminkan bahwa literasi bermedia digital belum sepenuhnya merata dipahami masyarakat. Masyarakat dengan literasi yang minim juga akan mudah menjadi sasaran empuk dan penyebar kabar bohong atau informasi palsu (hoax). Selain itu, hal utama yang harus kita ingat adalah bijak dalam membagikan konten pribadi di sosial media. Dalam Film Tilik tokoh Dian menjadi buah bibir para tetangga dikarenakan kurang bijak menyeleksi unggahan di akun facebook pribadinya. Terlepas apakah itu fakta atau tidak yang dibagikan, alangkah baiknya berhati-hatilah. Ibarat, di era digital saat ini akun media sosial seolah-olah menjadi tolak ukur cerminan pribadi seseorang secara mutlak.
Jangan sekali-kali pula membagikan informasi data pribadi, mengaktifkan GPS sosial media yang mungkin saja akan dimanfaatkan oleh oknum guna melancarkan tindak pidana. Sebagai generasi yang melek tekknologi, meleklah pula literasi. Jangan bosan untuk membaca tuntas jangan hanya judulnya saja. Semoga film “Tilik” dapat menjadi refleksi untuk diri kita sendiri dan tetap sayangi dirimu sendiri. Raundoh Tul Jannah (R.T.J.)
refrensi https://yusrintosepu.wixsite.com
Leave a Reply