Dalam hidup, seseorang bisa mengalami berbagai banyak hal. Keadaan up and down yang tidak bisa dielakkan. Baik mengatasi perubahan, masalah atau hambatan . Sering kali seseorang ingin mencapai kehidupan yang dianggap lebih baik seperti naik jabatan, mencari pekerjaan bergaji tinggi, lulus kuliah dengan nilai memuaskan, mendapatkan pasangan yang ideal adalah goals umum yang sering diidam-idamkan. Tidak heran kebanyakan orang berlomba-lomba untuk mencapainya. Karena mereka menganggap hal ini, adalah sebuah patokan untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan. Boleh sih di dalam hidup memiliki goals untuk dicapai. Memungkinkan kita untuk bisa hidup terarah dan memiliki tujuan. Tapi, pernahkah terpikir bahwa ketika ingin mencapai sebuah goals, ada harga yang harus dibayar.
Seiring waktu saat seseorang berusaha untuk mencapai goals dalam hidupnya, ia akan dihadapkan oleh masalah atau hambatan yang siap menghadang. Hal ini sudah menjadi hukum alam . Seperti perumpamaan “jika kamu ingin berdiri di puncak gunung untuk mendapatkan pemandangan yang menakjubkan, kamu harus melewati banyak jalan terjal, berliku bahkan curam”. Begitu juga dengan hidup untuk mencapai apa yang diimpikan, akan ada hambatan, masalah atau rintangan yang tidak bisa dihindarkan. Tidak sedikit juga saat seseorang terkena masalah atau hambatan dalam hidupnya, justru bisa mempengaruhi kondisi fisik dan psikisnya.
Minimnya pengetahuan seseorang akan problem solving dan rasa tertekan yang tinggi akibat tekanan dari masalah itu sendiri, bisa menyebabkan kerentanan mengalami stress bahkan depresi. Masalah yang dirasa terlalu berat, rasa cemas berkepanjangan, hambatan yang tak kunjung menemukan solusi adalah beberapa faktor yang bisa memicu adanya stress. Berbicara mengenai kata ‘stress’ apa sih yang terlintas di benak kalian ?
Stress sendiri artinya “tekanan” sesuatu yang mengganggu keseimbangan hidup. Stress dibedakan menjadi dua yaitu stress secara fisik dan stress secara psikis. Di dalam ilmu pengobatan psikosomatis, dijelaskan bahwa apa yang terjadi di otak bisa mempengaruhi badan secara keseluruhan. Maka tidak heran seseorang yang sedang dilanda stress akan mengalami tegang leher, bisa juga sakit kepala dan kemudian sakit lambung. Karena ada interconnection (keterkaitan). Pernah nggak sih kalian dengar suatu kalimat jangan terlalu sedih, nanti bisa sakit atau jangan terlalu dipikirin nanti bisa sakit kepala. Pertanyaannya kenapa bisa jadi sakit kepala ? Jawabannya adalah memikirkan sesuatu hal yang berlebih yang mengarah pada suatu kekhawatiran atau kecemasan, maka otak akan bekerja lebih keras. Akibatnya bisa menimbulkan reaksi persepsi negatif. Ketika muncul persepsi negatif, otak harus bekerja keras untuk beradaptasi dengan persepsi negatif itu sendiri. Jadi, apakah ada hubungannya stress dengan kesehatan tubuh kita ? Jawabannya tentu ada.
Sebuah quotes yang menarik dari Hans Seyle ” Bukan stress yang membunuh kita melainkan reaksi kita terhadapnya”. Artinya letak masalahnya bukan pada kondisi stress yang di alami tetapi pada persepsi kita saat menghadapi. Contoh kecilnya ketika seseorang terjebak macet, wah sialan mana macet lagi. Itu adalah contoh persepsi negatifnya. Sedangkan, persepsi positifnya wah terjebak macet sama cewek cantik samping Gue, (istri) jadi bisa ngobrol lama-lama deh. Keadaan yang sama tapi dengan dua sikap persepsi yang berbeda. Saat mengalami stress persepsi kita untuk menghadapinya adalah sangat penting. Mengapa ? Karena dari persepsi positif maupun negatif yang kita berikan bisa mempengaruhi mindset dan perilaku kita dalam keseharian.
Dilansir dari buku filosofi teras karya Henry Manampiring, page 14 Jika seseorang sedang berada dalam fase stress, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya stress berkelanjutan, diantaranya:
1. Kenali Sumbernya
pertama kali yang harus dilakukan adalah kenali sumbernya. Cari tahu apa yang membuat stress itu muncul. Kalau kita tahu penyebabnya, kita bisa melawannya.
2. Ingat atau catat hal-hal yang membuatmu bahagia.
Ingat-ingat apa yang membuatmu bahagia. Momen indah dan menyenangkan bersama keluarga atau dengan orang terdekat kita. Dengan sahabat atau dengan orang terkasih kita. Kalau kita sudah mengingat kita bisa mencatatnya. Hal ini bisa dijadikan pengalihan saat kita sedang mengalami stress. Pikiran kita bisa menjadi rileks dengan mengingat dan mencatat hal-hal yang menyenangkan.
3. Lakukan aktivitas yang membahagiakan
Melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti, menonton film bersama sahabat, melakukan hobi yang disukai, piknik bersama keluarga adalah salah satu tips juga untuk menghilangkan stress. Dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan rasa lelah dan penat akan suatu hal bisa terusir dan terganti dengan kebahagiaan kecil. Selain itu kita juga bisa menghirup angin segar seperti jalan-jalan atau pergi ke tempat favorite.
Stress akut atau sementara maka reaksi tubuh juga akan sementara tapi jika stress nya lama, maka reaksi tubuh juga akan lama. Jika stress terlalu lama maka tubuh akan merespon dengan hal-hal yang kita tidak tahu sebagai bagian dari stress. Seperti penyakit dispepsia atau gangguan lambung. Jika hal ini terus berlanjut bisa muncul adanya gangguan jantung, hipertensi dan diabetes. Untuk itu, di samping menjaga tubuh kita, menjaga kondisi psikis juga penting untuk dilakukan karena, saat kondisi psikis mengalami gangguan maka bisa juga berdampak bagi kesehatan tubuh maupun mental.
Lusa Indrawati, S.Pd.
Seorang Pluviophile, tergabung di komunitas literasi COMPETER dan KEPUL
Leave a Reply