Menjalani hidup sehari-hari kadang berat kadang ringan. Genre kehidupan seringkali berganti-ganti. Pagi bersenang hati bisa jadi malam hari gelisah tak tentu arah. Nah, karena hidup yang harus dijalani ini maka ada bermacam-macam cara, filosofi, atau gaya hidup. Salah satunya yaitu gaya hidup holistik.
Istilah holistik sendiri sudah muncul sejak 2.500 tahun yang lalu dan dicetuskan oleh Hipocrates. Beliau ini dikenal sebagai tokoh penting dalam ilmu kedokteran modern. Holistik artinya menjaga keseimbangan pikiran, tubuh, dan jiwa. Kalimat lain dari gaya hidup holistik adalah hidup yang menyeluruh. Gaya hidup ini memungkinkan manusia untuk menjawab persoalan mengenai fullfillness yang marak dipertanyakan masyarakat modern.
Dengan gaya hidup holistik individu harus peduli terhadap konsumsi makanan sehari-hari, informasi yang dicerna otak, hingga emosi dalam jiwa. Istilah beken seperti mindfullness, work life balance, self love, juga termasuk dalam gaya hidup holistik. Intinya apapun yang dilakukan demi menyeimbangkan jiwa, pikiran, dan fisik dapat dikatakan sebagai hidup holistik.
Gaya hidup holistik juga umum digunakan dalam istilah terapi holistik untuk kesehatan jiwa. Tujuan terapi holistik untuk menyembuhkan penyakit dan mengetahui akar dari permasalahan dengan cara yang lebih menyeluruh, mulai dari fisik, jiwa, dan pikiran. Beberapa kasus penyakit fisik atau tubuh melibatkan peran psikis. Misalnya terdapat pasien sakit kepala yang tak kunjung sembuh, namun ternyata setelah menjalani hipnoterapi baru diketahui bahwa luka masa lalu yang masih tersimpan di memorinya menjadi akar masalah sebenarnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjalani pola gaya hidup holistik. Pertama, memerhatikan konsumsi makanan dan minuman yang masuk ke tubuh. Utamanya dengan mengonsumsi makanan sehat dan tidak merugikan tubuh hanya demi kesenangan. Tubuh yang sehat akan berpengaruh pada mood, kebugaran, hingga menurunkan tingkat stres.
Kedua, dengan ativitas fisik seperti olahraga. Dengan beraktivitas fisik tubuh dapat mengeluarkan hormon-hormon yang dapat membuat bahagia. Seperti dopamin dan serotonin. Selain itu aktivitas fisik juga dapat membuat pikiran negatif terdistraksi menjadi energi positif.
Ketiga, meditasi. Sebelum pikiran negatif kemudian berubah menjadi stress hingga depresi, dengan meditasi pikiran akan lebih terarah dan tenang. Anda dapat melakukan meditasi secara mandiri dengan menonton panduan di YouTube ataupun dengan bantuan ahli.
Keempat, mengelola stres. Sebagai manusia pasti pernah mengalami stres, untuk itu praktik mengelola stres dapat dilakukan. Seperti memahami perubahan emosional dalam diri. Memberi waktu diri dalam menghadapi emosi. Bukan dengan memaksa untuk berhenti, menutupi, atau menghindari.
Tulisan: Nila Lutfiatul Fadilah
Leave a Reply