Belakangan muncul berita penipuan berkedok hubungan asmara atau romance scam yang menyasar pegawai migran Indonesia (PMI) di Hongkong. Berdasarkan berita detik.com pelaku bahkan menjanjikan pernikahan bagi korban untuk mendapatkan kepercayaan korban. Selain itu pelaku menggunakan trik mengajak korban melakukan panggilan video dewasa kemudian diam-diam merekamnya. Pelaku mengancam korban akan menyebarluaskan video tersebut bila tidak mengikuti perintah pelaku.
Kasus-kasus romance scam bukan hal yang baru. Netflix pernah mengangkat isu ini sebagai film dokumenter dengan judul Tinder Swindler. Film ini menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Simon Leviev melakukan penipuan dengan menggunakan aplikasi kencan Tinder. Kerugian korban diprediksi mencapai 10 juta dollar. Dari dalam negeri kasus serupa dilakukan oleh James Daniel Sinaga. Diperkirakan kerugian korban mencapai puluhan juta rupiah.
Tujuan pelaku romance scam adalah pengambilan harta maupun benda. Sehingga pelaku menyasar pada korban dengan status ekonomi yang terbilang mampu. Selain itu korban dengan perasaan kesepian mudah dijadikan sasaran pelaku.
Pelaku memanfaatkan teknologi seperti media sosial atau aplikasi kencan untuk mencari korban. Proses romance scam berawal dari pelaku membuat profil yang bombastis sehingga mampu menarik perhatian korban. Pelaku menggunakan profil palsu, mulai dari foto profil, pekerjaan, riwayat pendidikan, koneksi, hubungan kekerabatan hingga keluarga. Seperti halnya James Daniel Sinaga yang mengaku memiliki puluhan perusahan hingga mengaku memiliki puluhan gerai ibox kepada korbannya.
Setelah itu apabila korban dan pelaku memiliki kedekatan yang intens, pelaku mulai menyakinkan korban untuk tidak akan keberatan bila dimintai dana. Ketika kepercayaan korban sudah di dapat, pelaku mulai meminta dana kepada korban. Dalih pelaku pun bermacam-macam. Mulai dari butuh modal usaha, mengalami penipuan, hingga sakit. Pelaku tak segan-segan memberikan alasan bahwa modal ini akan digunakan demi kesejahteraan pelaku dan korban di masa depan. Pelaku juga tidak ragu untuk memberikan janji untuk dinikahi. Tentu saja ini hanya janji palsu.
Beberapa pelaku romance scam melakukan pelecehan seksual dan pemerasan. Seperti kasus pegawai migran Indonesia di atas. Setelah merekam diam-diam panggilan video dewasa, pelaku melakukan pemerasan. Korban terus dimintai uang agar video tidak tersebar luas.
Dalam romance scam korban dibuat tidak berdaya dengan adanya upaya-upaya memanipulasi psikologis korban. Bujuk rayu cinta palsu yang diberikan pelaku tidak akan mudah terdeteksi seperti penipuan mama minta pulsa, hadiah undian, atau telfon kecelakaan.
Beberapa korban romance scam tidak melapor kepada pihak berwenang karena merasa malu. Korban merasa malu karena mudah dibodohi dan takut dijadikan bahan bercandaan. Padahal perlu digarisbawahi bahwa korban pada kasus ini tidak berdaya. Terlebih lagi dalam kasus apapun korban tidak patut disalahkan. Kurangnya dukungan dari masyarakat ataupun orang terdekat seringkali membuat korban enggan membuka diri.
Tulisan: Nila Lutfiatul Fadilah
Design: Sayyida Yusriya
Leave a Reply