free page hit counter
Home » Ingin Argumenmu Makin Berbobot? Perhatikan Hierarki Ketidaksetujuan

Ingin Argumenmu Makin Berbobot? Perhatikan Hierarki Ketidaksetujuan

Ingin Argumenmu Makin Berbobot? Perhatikan Hierarki Ketidaksetujuan

Paul Graham, seorang programer, investor dan penulis buku membuat hirarki dalam Essaynya yang berjudul “How to Argue.” Hierarki ini kemudian disebut Hierarchy of Disagreement atau dalam bahasa Indonesianya disebut sebagai Hirarki Ketidaksetujuan. Apa saja itu?

Jadi, ada beberapa tingkatan poin dalam hierarki ini dimulai dari argumen yang paling buruk hingga yang terbaik.

Name-Calling

Yang paling buruk adalah Name-calling; argumen ini lebih berfokus menyerang personal lawan. Dan biasanya hanya menggunakan panggilan-panggilan buruk kepada lawan bicara.

Contohnya:
“Otak udang!”
“Bod*h lu!”

Ad-hominem

Diatasnya ada Ad-hominem; hampir sama seperti sebelumnya, argumen ini sama seperti name-calling, berfokus untuk menyerang pribadi lawan. Tetapi dapat dikatakan ini lebih baik.

Contoh:
“Makan tuh pendapat sampahmu!”
“Gausah debat sama wibu.”

Responding-to-tone

Selanjutnya ada Responding-to-tone; argumen ini bersifat menepis argumen lawan, tapi bukan isi argumennya justru cara penyampaiannya.

Contoh:
“Sombong bet ngomongnya.”
“Kalimat blepotan kek bocil!”

Nah, ini ada hubungannya dengan tulisan kemarin tentang membuat argumen yang berbobot yang tayang kemarin. Dengan menggunakan bahasa yang sopan, kita akan lebih dihargai.

Contradiction

Di atasnya ada Contradiction; argumen ini dapat dikatakan lebih baik dari sebelum-sebelumnya, karena mulai meng-counter isi argumen lawan. Namun argumen ini tidak disertai bukti yang mendukung atau data yang kuat.

Contoh:

“Belajar daring itu bisa buat kita stress, lho!”
“Mana ada. Gak mungkin lah, mana mungkin bisa gitu!

Counterargument

Setelah itu, ada Counterargument; argumen ini hampir sama dengan Contradiction, bedanya adalah penyampaian argumen ini disertai juga dengan bukti yang mendukung sehingga dapat menguatkan argumen. Kita akan memakai contoh pertanyaan yang sama. Perhatikan bedanya.

Contoh:

“Belajar daring itu bisa buat kita stress, lho!”
“Ho’oh, menurut jurnal A sama B, daring itu bisa buat kita stress, karena…”

High-Tier dan God-Tier

Dan yang terakhir adalah tingkatan teratas dalam jenis argumen, yakni High-Tier dan God-Tier; argumen ini sama-sama menyerang inti argumen lawan, bedanya adalah God-Tier ibarat panah yang tepat pada tengah sasaran, sedangkan High-Tier sedikit meleset. Tentu saja kedua jenis ketidaksetujuan ini sudah memakai data fakta yang valid dan dapat dipertaggungjawabkan.

Jadi, itu tadi adalah beberapa tingkatan pada argumen ketidaksetujuan serta point-point yang dapat membuat argumenmu lebih berbobot. Tulisan ini juga melengkapi tulisan saya kemarin yang dapat dibaca melalui link berikut ini. Jangan lupa setelah membaca ini segera aplikasikan ya jika kamu sedang dihadapkan pada situasi komunikasi biasa atau berdebat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.