free page hit counter
Hidup Rukun di Tanah Sendiri

Hallo Sobat Damai, mengulik tentang sejarah Indonesia tidak akan pernah ada habisnya. Kebudayaan dan sosial masyarakat Indonesiasaat ini sendiri pastinya sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kebudayaan dan sosial para pendahulu kita (Nenek Moyang).

Salah satu peninggalannya adalah konsepan Dwipantara. Dwipantara sendiri merupakan konsepan wilayah yang diinisiasi oleh Raden Kertanegara dari kerajaan Singosari. Kemudian di teruskan keturunannya yang bernama Hayam Wuruk dengan Patihnya yang gagah berani bernama Gajah Mada. Konsep Dwipantara kemudian diganti nama menjadi Nusantara.

Dan berbicara mengenai Indonesia sekarang ini, tidak bisa lepas dari sejarah bangsa ini sendiri. Keberagaman serta menerima perbedaan tidak dapat dibentuk hanya dalam satu ataupun dua tahun. Tetapi berabad-abad lamanya hal itu terbentuk dan diturunkan dari generasi ke generasi.

Kita bahkan tahu dari buku-buku sejarah bagaimana Raja Rakai Pikatan yang berandil besar dalam  membangun Candi Prambanan. Dia mempunyai seorang istri bernama Pramodhawardani yang beragama Buddha. Sehingga Rakai Pikatan juga membantu istrinya membangun candi Budhha, seperti candi Plaosan yang tidak jauh dari Candi Prambanan (Hindu).

Dari era ini (Mataram Kuno), perbedaan tidak menjadi penghalang untuk tetap hidup dalam keharmonisan. Dengan demikian, pemerintah saat itu tidak perlu meluangkan waktu untuk mengurusi konflik yang berkaitan dengan agama ataupun kepercayaan. Sehingga, pemerintah bisa fokus untuk mensejahterakan semua rakyatnya tanpa terkecuali. Hal itu juga dapat ditelusuri kehidupan sosial masyarakat era Mataram Kuno yang sejahtera, dan tercermin dalam peninggalan candi ataupun karya sastra pada masa itu.

Bahkan, hingga era sekarang ini. Dengan mayoritas masyarakat muslim. Peninggalan-peninggalan sejarah, yang notabene sudah berbeda dari segi agama itu masih tetap berdiri dengan megah dan masih terawat dengan baik.

Hal ini juga menunjukkan bahwa keberagaman merupakan identitas bangsa ini yang tidak dapat dipisahkan. Maka, sudah jelas bagi kita untuk terus merawat keberagaman dan tidak perlu membuang-buang tenaga serta waktu untuk menolak keberagaman yang sudah ada sejak jaman dulu. (Yoga Pratama)

Leave a Reply

Your email address will not be published.