Setelah membaca judul artikel ini untuk pertama kalinya, bagaimana reaksimu? Marah, kesal atau bahkan jijik (negatif)? Tentu saja pasti kalian akan merasa kesal, sebab hal ini sangat tidak etis dengan moral dan etika yang ada dalam kehidupan kita saat ini.
Kemarin saat saya asik berselancar di internet, saya menemukan sebuah lukisan yang berhasil membuat saya ternganga lebar dan wow wtf! Satu hal yang terlintas di pikiran saya saat itu, apa ini pantas untuk dipublikasikan? Mengingat gambar lukisan yang disuguhkan adalah seorang wanita muda yang sedang menggendong bayinya dan terlihatsedang menyusui pria tua yang berada dibalik sel penjara.
Akan tetapi setelah saya membaca makna dari lukisan tersebut, lagi-lagi saya dibuat terkejut dengan makna yang ada dalam lukisan itu. Cerita dibalik lukisan itu sungguh dramatis sekaligus membuat saya terharu dan campur aduk.
Lukisan berjudul “Roman Charity“ ini mengisahkan seorang anak gadis yang menyelamatkan Ayahnya dari mati kelaparan di dalam sel penjara. Dibeberapa narasi yang saya baca, penyebab dari sang Ayah dipenjara adalah karena ia mencuri roti pada masa pemerintahan Louis XIV di Prancis. Untuk itu ia dijatuhi hukuman penjara tanpa diberi makan atau minum agar nantinya ia mati kelaparan di dalam sel penjara.
Pria tua itu bernama Cimon dan wanita muda itu bernama Pero. Putri satu-satunya dan satu-satunya orang yang mengunjungi Pero. Pada awalnya Pero dilarang untuk mengunjungi Cimon (sang Ayah). Namun setelah ia memohon dan meminta izin kepada pihak yang berwenang, akhirnya diperbolehkah untuk mengunjungi Ayahnya dengan syarat ia tak boleh membawa makanan atau minuman dalam bentuk apapun. Karena hal itu, pihak berwenang yang memberi izin dan staf keamanan selalu memeriksa Pero disetiap kunjungannya.
Setelah berhari-hari berlalu tanpa diberi makan maupun minuman, Cimon tak kunjung mati. Hal itu tentu saja membuat semua orang heran mengapa Cimon masih bisa hidup tanpa diberi makanan apapun. Karena penasaran dengan apa yang terjadi. Pihak keamanan mengamati mereka secara diam-diam. Dan betapa terkejutnya ketika Pero datang mengunjungi Cimon hanya untuk memberikan susunya agar Ayahnya tidak mati kelaparan.
Alih-alih memberikan hukuman yang lebih berat, hal itu justru membuat pihak berwenang langsung membebaskan dan memaafkan kesalahan Cimon ini. Melihat kasih sayang Pero kepada sang Ayah tanpa pamrih sungguh membuat para pihak berwenang dan hakim terenyuh. Begitupun dengan saya yang membacanya, sungguh sangat terharu dan campur aduk. Bagaimana cara pero menyampaikan rasa sayang dan bakti kepada ayahnya memang sangatlah tidak etis dilakukan dimasa ini. Namun, dimasa lalu hal apapun bisa terjadi sekalipun hal itu tidak masuk akal.
Dari lukisan tersebut, saya menangkap beberapa hal yang memang harus digaris bawahi. Pertama, Bagaimana pengorbanan sang anak demi Ayahnya agar tidak menderita dan mati kelaparan di penjara. Kedua, kadang pengorbanan memang tidak masuk akal. Seperti halnya yang dilakukan Pero untuk ayahnya, memberikan asinya untuk sang Ayah untuk bertahan hidup. Dan yang terakhir, sudah sepatutnya kita berbakti kepada kedua orang tua kita. Meskipun tidak seberapa, setidaknya itulah bentuk kasih sayang dan juga balas budi kepada mereka.
Kholis Kurnia Wati
Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya, Pembaca Karya Eka Kurniawan
Leave a Reply