free page hit counter
Apakah Buku Digital Lebih Ramah Lingkungan?

Kini masyarakat tak hanya membaca dengan buku cetak, namun juga buku dalam bentuk digital. Format bukui digital atau ebook diantaranya Portable Document Format (PDF), Proprietary Amazon (AZW), Topaz File Extension (TPZ), Compress HTML (CHTML), Electronik Publication (EPUB), Mobipocket d lain sebagainya.

Michael Stern Hart, penulis asal Amerika, dikenal sebagai penemu ebook dan pendiri proyek Gutenberg. Ia juga sebagai tokoh yang membuat ebook dapat diakses melalui internet. Naskah deklarasi kemerdekaan AS menjadi dokumen pertama yang dibuat Hart dalam bentuk ebook.

Arsitektur pembuat ebook dibentuk dari alat-alat elektronik. Begitu pula untuk membacanya memerlukan peranti elektronik. Sementara buku cetak memerlukan bahan pembuatnya dari alam berupa pohon. Lalu, buku fisik juga memerlukan alat mencetaknya. Juga memerlukan alat dan sarana distribusi hingga bisa dibaca oleh konsumen. Dari kedua perbedaan ini lantas apakah ebook lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan dari alam berupa  pohon?

Pelitian-penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manakah buku yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya penelitian dari Kozak (2003) menyebutkan bila buku elektronik memiliki dampak lebih rendah terhadap pencemaran lingkungan dibandingkan dengan proses produksi buku cetak. Namun hal ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap orang menggunakan buku satu kali dan tidak digunakan atau dibaca kembali. Lebih jauh menurut laman hijau.com yang mengutip dari tesis  Greg Kozak menyebutkan bahwa buku cetak memiliki pencemaran udara empat kali lebih besar dibandingkan buku elektronik. Hal ini didasarkan pada konsumsi kertas, pemakaian listrik, dan biaya transportasi personal.

Kendati demikian belum ada penelitian pasti yang dapat mengukur perbandingan antara mana yang lebih ramah lingkungan, apakah buku cetak atau buku digital.

Sebagai individu yang peduli akan lingkungan hidup perilaku baca menjadi hal yang wajib diperhatikan. Perilaku ini dapat membantu dalam mengurangi pencemaran dan dampak lingkungan dari buku cetak maupun digital. Barangkali bukan proses produksi, distribusi, ataupun bahan baku namun perilaku pembaca menjadi kunci dari ramah lingkungannya sebuah buku. Misalnya dengan menyumbangkan buku yang tidak lagi dibaca. Agar buku bisa digunakan lebih dari satu kali. Atau bisa juga dengan membaca buku di perpustakaan daerah ataupun kampus.

Sumber artikel: Kozak, G. (2003). Printed Scholarly Books and E-book Reading Devices: A Comparative Life Cycle Assessment of Two Book Options. Center for Sustainable Systems, University of Michigan.

 

Tulisan: @afterbluee_
Design: @yusriyya_malik

Leave a Reply

Your email address will not be published.